Halo!
Sebenernya kejadian ini udah 11 hari yang lalu., tapi rasanya masih cukup fresh untuk gue ceritakan.
Mungkin beberapa dari kalian tau bahwa gue seintrovert itu.., seringkali bisa sangat menikmati diri sendiri berjalan sendirian di keramaian, duduk sendirian di kerumunan.
Ini salah satu cerita gue di kedai kopi yang belakangan lumayan sering gue kunjungi. Starbucks. Beberapa hari belakangan emang gue menyempatkan diri untuk melihat kerumunan, daripada gue di rumah terus. Gue pikir lumayanlah untuk gue menghibur diri gue sedikit., mendengarkan orang bercakap-cakap, bercanda sederhana dengan pengasing disana. Kadang emang cuma duduk sambil ngelamun sambil tutup mata. Kadang ngobrol kecil sama barista sana, kadang ngerjain ongoing projects, kadang gambar di sketchbook, dan sebagainya.
11 Juli 2019, 11 hari yang lalu.
Hari ini gue dateng.. seperti hampir selalu biasanya, sendirian ke starbucks. Gue duduk di tempat yang paling sering gue tempati, di tempat meja barnya. Buat yang ga kebayang, emang ngga semua starbucks ada meja barnya. Kebetulan di tempat gue ini ada manual brewnya, jadi kalian bisa menyaksikan baristanya beraksi menyeduh kopi pilihan kalian.
"Bisa dibantu kak, pesanannya?", kata salah satu barista sana.
"Yes.. pour over, guatemala, ice, grande", jawab gue, yang sejujurnya gue lupa pesen apa waktu itu.
Barista ini nulis pesanan gue di kertas kecil untuk di tempel di tumbler gue.
"Atas namaa..?", baristanya ngeliat gue lupa.
"Kaaakk.. A..lif? Ya?", lanjut dia.
"Hahaha iya, Alif..", jawab gue menjalankan peran.
Barista dibelakangnya ada yang tadinya mau nyela "Ka Arya, weh, namanya..", tapi ngomongnya kecil, jadi kurang kedengeran.
"Ada lagi, Ka Alif?", tanya baristanya lagi, yang bikin gue mulai geli.
"Engga, itu aja :)", jawab gue pake smiley padahal verbal.
"Eh, bener Ka Alif kan ya, namanya?", tanya dia ke temen-temennya yang udah pada baca naskah yang sama. Semuanya ngangguk.
..
"Emang Ka Alif, Kak, namanya? Bukannya Ka Ar..if? Eh, Alif apa Arif si?", tanya barista lainnya yang nyaris bener.
"Alif, Kak.. Alif..", jawab gue nahan senyum.
Barista ini akhirnya mulai menyeduh, gue memperhatikan, seperti biasanya.
"Thank you, Ka Alif..", kata barista ini sambil ngasih tumbler gue.
Masih lucu.
=====
Gue duduk sendirian di meja bar ini.
Seringkali hp gue taro di dalem waistbag gue yang gue letakkan di atas meja. Emang seringkali fokus gue adalah menikmati atmosfir ini.
"Udah nanti kalo udah berangkat kabarin aja.. Lu tau lah gue dimana..", chat gue ke Gigis., temen seperskripsian gue yang malem itu janji ketemuan.
"Oke, lu prefer malem ini kan? Gue siap-siap dulu..", jawab Gigis yang sebenernya cuma dua hari di Serpong, dan berhadapan dengan gue yang gambling besok bisa main apa engga. Ya, kehidupan saya sebagai pengangguran berkedok (baca: freelancer) memang kadang waktunya ga bisa dipas-pasin.
Gue kembali melamun, lalu:
"Misi kak, maaf ganggu..", seorang perempuan menghampiri gue. Gue nengok dan agak tersenyum., tapi agak takut. Iyalah, introvert. Dia juga keliatan ragu nyapa gue. Kita sama-sama awkward total.
"I..ya? Kenapa ya?", tanya gue yang kehilangan template kalimat sopan.
"Maaf, sebelumnya boleh kenalan dulu ngga?", tanya dia masih awkward.
Gue. ngeliat sekitar.
Gue ngeliat dia dari atas sampe bawah., curiga apakah ini some kind of multilevel marketing (MLM), atau gimana. Atau, apakah ini semacam orang yang biasa nawarin charity berhadiah. Gue panik.
"Mmm.. Ini apa ya?", gue sambil ngeliatin barista sini, berusaha ngasih sinyal bahwa ada orang offering di sini. HELP!
"Ngga papa.. Kenalan dulu aja, Kak..", lah? Kenapa lau yang gapapa? Pikir gue.
"Arya..", gue terima jabatan tangan dia. Lupa kalo hari itu nama gue Alif. Panik boi.
"Halo, Kak.. Aku Mawar..", lanjut dia yang namanya gue samarkan. Tapi dia bukan korban pelecehan ya.
Dia mulai menunjukkan paperbag berlogo starbucks yang ada di tangannya. Anjir ini gue suruh ngisi kuesioner apa gimana? Ini dia abis kalah truth or dare apa gimana? HELP!
"Gini Kak.. Kakak liat yang tadi duduk di situ ngga?", tanya dia sambil nunjuk ke arah selatan store tersebut.
"Mmm..ngga"
"Kalo yang dua hari lalu duduk di situ?"
"Mmm..ngga"
..
"Jadi gini kak.. Ini dari temen aku yang kemarin duduk di situ dari dua hari yang lalu. Katanya kemarin dia ngeliat Kakak duduk di sana sambil gambar, terus katanya dia takjub. Ini hadiah aja sih kak, dari dia..", lanjut Mawar terbata-bata.
"H..ah?", gue masih shock.
"Iyaa.. gitu..", dia juga shock.
"Jadi gimana nih, Kak? Mau diterima ngga?", tanya dia lagi.
Gue ngeliatin paperbag di tangannya dengan wajah super curiga.
"Tenang, Kak.. Ini baru dibeli barusan, kok..!", dia panik.
"Eee.., bukan.. Aku sih nggapapa makan makanan basi. Cuma bener-bener ngga ada bayangan siapa yang duduk di sana.. Sorry.."
"Iya kak.. Temenku nunggu di depan.. Katanya dia ngga berani.."
"Y...audah, aku terima deh, ya.. Makasi, makasi banyaak!!", ucap gue sambil menempelkan kedua tangan gue kayak di emoji sekadarmengingatkan (yang padahal itu emoji tos).
"Yaudah kak.. Gitu aja si.. Aku pamit ya, Kak..", Mawar pamit.
====
Muka gue shock. Abis-abisan.
Gue ngeliat sekitar, ada yang ngeliatin kita ngobrol awkward tadi apa engga., Ga ada kayaknya.
Gue masih belum buka isi paperbag ini apa, gue berusaha ga nyentuh karena masih shock.
=====
"Gis, lu dimana? Cepet sini..", gue chat Gigis.
"Ini udah sampe.. Lu dimananya?", jawab dia yang ga gue bales.
Ga lama, Gigis sampe dan gue merasa gue harus menceritakan hal ini. Gue kasih liat paperbag ini, dan yang duluan notice malah Gigis bahwa dibelakangnya ada pesan kecil., ditulis di paperbag ini.
Inti pesannya adalah dia say hi, bahwa dia adalah orang yang melihat gue dua hari lalu di kedai ini.
DAN DIA NINGGALIN NOMOR HAPENYA DONG. "Feel free to call me anytime", katanya.
Omo.
Maaf, bukannya aku sombong.
Tapi aku introvert.
Jadi aku memilih untuk membiarkannya saja ya :)
Seruan gini juga.
Terima kasih, 'halo kamu'.
Ya, nama kontaknya di hp gue 'halo kamu'.
:)
ReplyDelete