Wednesday, June 19, 2019

Suntikan Tinta Pertama

Halo!

Mungkin beberapa dari kalian udah tau kalo belum lama ini gue menusukkan tatto pertama gue. Ya, sekitar 3-4 bulan yang lalu gue membuat keputusan yang sangat impulsif. Dan, rasanya akan seru kalo diceritakan. HIHI

Berawal dari.. pagi itu, gue berangkat ke kantor hari itu tanpa niatan sedikitpun buat bikin tatto. Di kantor, gue emang dateng (hampir) selalu paling pagi. Kalo yang lainnya rata-rata dateng jam 11 pagi, gue dateng jam 10. Bukannya rajin., tapi bos gue belum dateng jam segitu jadi gue punya waktu sejam nganggur. Nah, di waktu sejam ini, gue mulai berselancar iseng di internet.., Ngga tau setan apa yang merasuki gue, gue search di google, dalam bentuk kalimat negatif: "tatto tidak boleh wudhu", karena hari itu gue penasaran aja, apakah hukumnya sudah berubah atau belum. EH HASILNYA KALIMAT POSITIF. Waktu itu, tiga teratas hasilnya positif boleh, dan salah satu dari tiga teratas itu yang gue liat adalah website muslim gitu.

"Yang haram dari tato adalah membuatnya. Sedangkan anggapan bahwa orang yang punya tato tidak diterima ibadahnya lantaran tato itu menutupi kulit dari terkena air wudhu’, sebenarnya tidak demikian.", (sumber: eramuslim.com)

Pembelaan setan dalam diri gue saat itu: Kalo dosa karena membuatnya karena ditusuk-tusuk, cewe.., atau cowo yang ditindik gimana?

=====

Ga nyampe 30 menit mikir, gue udah selesai ngesketch di kertas: lengan gue dan perkiraan akan ada tatto dimana. Langsung cari-cari kata-kata atau kalimat yang selama ini jadi kegelisahan gue, dan coba desain di illustrator.

Sambil diselip-selipin di waktu kerja dan istirahat di kantor, gue menyelesaikan desain tatto gue. Bukan sesuatu yang visual emang, gue lebih memilih tatto gue berupa tulisan daripada gambar. 

"tan hana dharma mangrwa", tulisannya. Bahasa sansekerta, kata-kata di kitab sutasoma setelah kalimat yang sering kita dengar, "bhinneka tunggal ika". Artinya sendiri kurang lebih 'kebenaran tidak bermuka dua', atau 'tidak ada kerancuan dalam kebenaran'.

Gue ngga setuju dengan kata-kata ini. Jadi rencananya di tatto ini gue coret kata-katanya. he he. Sejauh ini, yang gue telusuri, kebenaran tidak pernah bersifat mutlak. Seakan kebenaran itu bersifat relatif. Gue pernah tulis di blog gue yang sebelumnya; "Benar adalah benar sampai benar adalah salah". Kalimat antara 'Yang lebih benar akan selalu ada', dan 'yang benar suatu saat akan salah'. 

BALIK LAGI KE CERITA,
Siang itu, sekitar jam 1-2 gue browsing tempat tatto di sekitar Jakarta Selatan, di deket kantor gue atau.. agak jauh dikit juga nggapapa. Gue ngescroll-scroll lagi chat sama temen-temen gue yang pada bikin tatto dalam jangka waktu tertentu, dan akhirnya nemu satu tempat tatto yang layak untuk ditanya. Tempatnya di Kemang.

    "Min, hari ini buka kah? Sampe jam berapa ya?", tanya gue lewat direct message instagramnya.
"Wah hari ini libur mas.., besok baru buka lagi"
    "Ooh, untuk reservasinya gimana ya, min? Besok buka sampe jam berapa?", tanya gue lagi.
"Buka sampe jam 8 malam, mas.. Dateng langsung aja mas kalo besok.."
    "Okee, min.. Terima kasih.."

Gue menjalankan kerjaan kantor lagi.

"Mas, bisa hari ini sampe jam 8, ada yang lagi jaga.."
    "Wah, oke, min.. saya nanti mungkin jam setengah 7 baru sampe di sana..", jawab gue excited.
"Oke, mas.."

Gilak, adrenaline gue terpacu. Nekat banget gue tiba-tiba mau bikin tatto gini. Gue buru-buru ngerjain kerjaan kantor gue biar ga pulang rada telat. Dan akhirnya sampailah kepada saat yang berbahagia. Saat pulang kantor. 

Gue bergegas turun dari kantor, dan memesan ojol. 

"Mau ngapain, mas ke tempat bikin tato?", tanya abang ojol kepo. Waktu itu saking excitednya dia nanya, gue kegerimisan ludah dikit.
    "Ketemu orang aja, mas. Udah janjian hehe", jawab gue agak berteriak di motor.

Ga lama,
"Mas.. hari ini kayaknya ngga bisa. Saya chat orang yang lagi jaga ngga dibales dari tadi.", chat mimin tempat tatto itu.

DEG.
Anjir.
Kecewa berat, setelah beberapa jam terakhir super excited.
Bahkan gue udah di perjalanan ke sana.

"Besok aja mas bisa dateng sebelum jam 8 malam, nanti ketemu saya langsung bikin", chat dia lagi.

Hm.
Ga tertarik.

Gue tetep meneruskan perjalanan sampe ke tempat tatto itu. Sambil tiba-tiba gue galau dengan kata-kata yang akan gue tatto. Gue ga yakin gue siap ditanya arti untuk tatto pertama gue.

    "Ev..", chat gue ke Evelyn, produser gue di beberapa project film gue.
    "Ini random. HEHE. Kata-kata. Bahasa apapun, yang artinya adalah atau mirip-mirip dengan 'hidup adalah penderitaan', apa ya?", lanjut gue yang tiba-tiba came out dengan kata-kata lain.
"Halo Arya!", jawab dia.
"Hmm. apa ya.. paling 'memento mori', artinya 'ingatlah akan kematianmu'". 

Gue agak terkejut dengan kata-katanya. Sekilas terdengar kayak sodara dari bapaknya Ran, pacarnya Sinichi Kudo di Conan, Kogoro Mori. HMM. Agak ke-jepang-an ya kedengarannya.

Gue browsing langsung sejarah dari Memento Mori itu. Gue suka.
Konteks dari pengingat kematian ini adalah agar tidak sombong, mengingatkan bahwa semua kekayaan di dunia tidak akan dibawa ke kematian. 

Sedangkan gue orangnya sombhong!
Self-reminder aja sik.

"Atau.., palingan..", lanjut Evelyn di chat itu. Gue lupa tepatnya dia kasih referensi kata-kata apalagi, Tapi yang gue pilih kata-kata pertamanya., Memento Mori.

Iya, tatto pertama gue bukan kata-kata murni dari gue HEHE.

Singkatnya, sampailah gue di tempat tatto tadi, setelah 30 menitan di jalan naik ojol. Karna tempat ini tutup (dan emang udah dibilang tutup), gue nyebrang ke coffeshop sebrangnya., sambil browsing tempat tatto lain yang sekiranya masih buka, dan sambil milih-milih font untuk hal sakral ini. 

"Bisa, mas.. dateng aja, kita tutup jam 10..", kata admin NoBigDeal Tattoo.

Karena masih agak lama, gue santai dan bernafas dikit dulu di coffeshop tersebut. Milah-milah font, gue nanya ke beberapa temen gue, yang sekiranya cocok pake font yang mana.

    "Jeens, kamu pilih yang mana?", tanya gue ke Jenni, salah satu temen gue, sambil ngirim foto.
"Aku prefer yang ada serifnya, Arya..", kata Jenni, kurang lebih begitu.
    "HEHE, okee, makasii Jenns!"
"Emang buat apa, Arya?", tanya Jenni.
    "Aku.. mau bikin.. tatto HEHE"

"EEEH! Kalo gitu jangan ikutin kata-kata aku! Kamu pilih sendiri aja!", tiba-tiba Jenni panik.
    "HAHAHA! Gapapa Jeeeen, kata-katanya bahkan bukan dari aku murni", jawab gue.

Gue pesen ojol lagi ke NBD.

"Mau ngapain, mas ke tempat tatto?", tanya ojol ini.
    "N..gga papahh. Main aja, mas..", gue jadi cemas ya, kok ojol-ojol ini kepo luar biasa.

*ngeeeng* motornya jalan.
Ga lama, hujan deres banget.

"Lanjut ngga nih, mas?"
    "Saya sih lanjut aja, mas.. Masnya gimana?", tanya gue balik.
"Gaaas!", jawabnya.
"Udah tau tempatnya kan, mas?"
    "Santaai mas.. Udah dari liat maps.."

*ngeeeng*
    "Turun di endomart situ aja mas..", ucap gue sambil nunjuk alfamar. 
"Siap..", jawab ojol itu. 

=====
Gue neduh bentar di alfamar itu, karena bazah kuyub. Kedinginan menggigil, sampe diliatin om-om sambil bingung. Bingung mau beliin handuk apa engga. Tapi ga dibeliin huhu.

Gue jalan agak gerimis-gerimisan, menuju tempat yang dititikin maps. Celingak-celinguk bak anak kehilangan ibunya, dan mendapati bahwa tempat yang dititikin di maps dan di IG ternyata beda.

Tempatnya udah pindah.
Deym.

Setelah gue tanya ke Adminnya, iya, bener. Tempatnya udah ngga di situ lagi. Pindah ke Cipete. Asyik, gue pesen ojol lagi. Kali ini ojolnya ga kepo. Mungkin dia udah kedinginan karena kehujanan juga.

=====
Setelah gue konfirmasi tempatnya, gue yang celingak-celinguk di depan tempat itu langsung dipanggil sama masnya.
"Maas! Mas Arya, ya?", et, dipanggil dong. Udah kayak starbak. 

Gue menuju ke sumber suara dengan agak deg-degan. Keputusan yang seharusnya besar, melangkah menuju tempat tatto.

"Ayo, mas.. Naik aja..", ajak masnya ke studionya.

Gue yang sambil menggigil kedinginan, melangkah pelan-pelan.

"Gimana nih mas? Mau bikin gimana?", tanya dia.

Gue ngeluarin laptop gue dan memperlihatkan fontnya. Sebenernya gue bahkan belum download fontnya, baru screenshot. Dan di keputusan singkat itu, gue cuma ngedit motong-motong dari hasil screenshotan, instead of download fontnya dan lebih leluasa ngedesain. 

    "Gini sih mas, paling.. Ukurannya sekitar 4x7cm nanti di tangan saya", tunjuk gue.
"Boleh mas.. Airdrop aja, saya print dulu..", waw modern.

Gue kirim desainnya, dia print, dia tracing supaya bisa di'jeplak' di tangan gue, dan memulai proses tattonya. Memakan waktu sekitar 1 jam 45 menit dari awal kenalan sampe tatto gue selesai. Termasuk dia tracing dan bikin 'contekan' di tangan gue supaya tattonya rapi. 

Udah.
Pulang-pulang gue udah tattoan.
Padahal pas berangkat ga kepikiran mau bikin tatto sama sekali. 
Bahkan seminggu, sebulan sebelumnya ga kepikiran mau bikin tatto.

Namanya juga idup.

No comments:

Post a Comment