"bawa, mas.."
"ini bahan revisian kamu foto dulu.."
kata-kata yang diutarakan oleh ketua sidang gue setelah gue 10 menit digantungin di luar ruangan sidang akhir gue.
"udah?" tanya beliau lagi.
"udah?" tanya beliau lagi.
"udah, mas.."
"yaudah sini kamu berdiri di tengah.."
gue berdiri di tengah ruangan sidang. sebuah ruangan cukup luas dengan 2 meja saja. meja si penguji, berkapasitas 4 orang menghadap ke depan yang berada di tengah ruangan, dan meja buat orang yang sidang.. di agak pojok ruangan, cukup buat naro buku skripsi kita dan untuk laptop presentasi.
"Arya.." buka si ketua sidang lagi, gue nengok dengan berusaha tersenyum.
"di sini kita membuat sebuah keputusan yang ngga biasa kita buat ya.."
senyuman gue redup.
"bahan revisian kamu banyak banget. terutama bab 2 dan bab 4.. kamu harus bongkar lagi 2 bab ini."
deg.
"lulus engganya kamu balik lagi ke diri kamu, bisa ngga dalam 2 minggu ini....".. dia potong
"eh.. sebentar.." beliau menghitung hari lagi
"tanggal 28 (januari).. sekitar seminggu ini, kamu selesaiin revisian ini dan kumpulin ke dosen pembimbing kamu?"
gue down.
dengkul gue lemes. satu ruangan itu menghisap energi gue. kepala gue rasanya udah melayang. senyum gue kosong.
"ada pertanyaan lagi?" tanya si ketua sidang.
"eng..ga mas.. jadi ini saya selesaikan aja kan, nanti kumpulin ke pembimbing?"
"iya, seperti itu.."
kemudian sidang di tutup. gue berusaha tersenyum dan menerimanya. gue berjalan layaknya zombie, keluar dari ruangan sidang itu, membuka pintu ruangan tersebut.
"ARYAAA CONGRAATS!!"
Raymond, Ester dan Evelyn menyambut gue dari luar, membawa beberapa bingkisan layaknya orang-orang abis lulus sidang lainnya, dilanjut oleh Momo dan Jordy, kemudian Calisha yang juga datang.
"oomaaigaaat terimakaasii temantemaan!!" ucap gue tersenyum terharu..
"gimana, Ya? sidangnya? lancar?" tanya Ester.
gue sempet memberi isyarat ke Ester bahwa gue belum lulus sidang, tapi menganggap gue lulus.
akhirnya gue berbohong ke beberapa orang ini, dan bilang bahwa gue emang udah lulus sidang. gue ngga enak sama mereka yang sudah berekspektasi sama gue.
mereka mengajak gue foto satu demi satu, layaknya orang abis lulus sidang akhir lainnya, gue berfoto dengan wajah hampa.
gue. belum. lolos. gengs.
pedih sekali hati ini.
=======
jadi, kenapa gue se-gagal ini?
ya, karna gue ngga bener-bener menanggapi skripsi/tugas akhir ini sebagaimana semestinya. gue sadar bahwa gue masih banyak meluangkan waktu demi 'kepentingan' gue yang lainnya, dan gue beberapa kali ganti judul dalam pengerjaan ini, bahkan ganti pembahasan. judul gue di sidang judul - prasidang 1 - prasidang 2 - sidang kelayakan - sidang akhir, bisa dibilang beda semua. dan yang massive adalah 2 minggu sebelum sidang kelayakan gue harus ganti pembahasan, dari seorang director menjadi seorang scriptwriter, di mana berarti bab 2 dan bab 4 gue bongkar semua, dan bodohnya, gue masih sibuk kepanitiaan kampus waktu itu, yang hal yang harus gue koordinasikan disitu banyak banget, jadi gue baru bisa ngerjain skripsi gue minus seminggu dari sidang kelayakan. bodoh.
tapi, lihat sisi cerahnya, skripsi tidak seberat yang kalian bayangkan, yang harus dipikirkan sebenernya cuma bagaimana kalian membagi waktu, bagaimana sebuah procrastinate itu sangat membunuhmu. skripsi sejatinya hanya sebuah 'tugas' dengan beban mental yang lebih berat dari tugas itu sendiri. seakan semua orang sudah dibebani dengan kata-kata "skripsi" itu sendiri.
beberapa dari kami setuju bahwa skripsi merupakan beban mental saja. pengerjaan 'tidak akan' se efektif itu selama pengerjaan skripsi itu. kalo kata temen gue Ayu, skripsi itu "kayak dikejar-kejar tapi ketangkepnya besok". "kayak panik, tapi masih bisa males-malesan". entah perumpamaan apa lagi yang bisa menggambarkan sebuah 'beban mental' yang ditimbulkan skripsi pada mahasiswa-mahasiswa tingkat akhir ini.
=======
malamnya, seorang pria botak pergi ke suatu tempat dan mendapatkan sebuah berita super mengejutkan yang bikin orang ini super down. iya, pria botak ini gue.
gue potong rambut jadi pendek seakan-akan gue udah lulus. engga, gue justru pengen membuat gue malu kalo udah botak tapi belum lulus. ini semacam motivasi gue buat menyelesaikan revisian gue yang sekitar seminggu lagi ini harus dikumpulkan.
berat. sekali.
di saat lu harus menaikkan semangat lu untuk menyelesaikan 'semuanya' di semester ini, tapi ada juga yang 'maksa' untuk tiduran aja di kasur dan jatuh. rasanya otak sama hati gue sangat tidak sinkron saat ini. satusatunya motivasi gue adalah kepala botak gue ini. ohiya, motivasi lain adalah orangtua gue. gue ngga ngomong ke keluarga gue kalo gue 'belum lolos' di sidang ini. gue harus lolos, atau gue harus bilang ke mereka.
======
tapi, hey lihat, sekarang Arya sudah berhasil menjilid hardcover skripsinya dan lulus skripsinya!
"sabar aja, Ya.. semua orang ngelewatin ini kok.." kata Gisela, temen seperjuangan gue menyelesaikan skripsi ini.
"Arya.." buka si ketua sidang lagi, gue nengok dengan berusaha tersenyum.
"di sini kita membuat sebuah keputusan yang ngga biasa kita buat ya.."
senyuman gue redup.
"bahan revisian kamu banyak banget. terutama bab 2 dan bab 4.. kamu harus bongkar lagi 2 bab ini."
deg.
"lulus engganya kamu balik lagi ke diri kamu, bisa ngga dalam 2 minggu ini....".. dia potong
"eh.. sebentar.." beliau menghitung hari lagi
"tanggal 28 (januari).. sekitar seminggu ini, kamu selesaiin revisian ini dan kumpulin ke dosen pembimbing kamu?"
gue down.
dengkul gue lemes. satu ruangan itu menghisap energi gue. kepala gue rasanya udah melayang. senyum gue kosong.
"ada pertanyaan lagi?" tanya si ketua sidang.
"eng..ga mas.. jadi ini saya selesaikan aja kan, nanti kumpulin ke pembimbing?"
"iya, seperti itu.."
kemudian sidang di tutup. gue berusaha tersenyum dan menerimanya. gue berjalan layaknya zombie, keluar dari ruangan sidang itu, membuka pintu ruangan tersebut.
"ARYAAA CONGRAATS!!"
Raymond, Ester dan Evelyn menyambut gue dari luar, membawa beberapa bingkisan layaknya orang-orang abis lulus sidang lainnya, dilanjut oleh Momo dan Jordy, kemudian Calisha yang juga datang.
"oomaaigaaat terimakaasii temantemaan!!" ucap gue tersenyum terharu..
"gimana, Ya? sidangnya? lancar?" tanya Ester.
gue sempet memberi isyarat ke Ester bahwa gue belum lulus sidang, tapi menganggap gue lulus.
akhirnya gue berbohong ke beberapa orang ini, dan bilang bahwa gue emang udah lulus sidang. gue ngga enak sama mereka yang sudah berekspektasi sama gue.
mereka mengajak gue foto satu demi satu, layaknya orang abis lulus sidang akhir lainnya, gue berfoto dengan wajah hampa.
gue. belum. lolos. gengs.
pedih sekali hati ini.
=======
jadi, kenapa gue se-gagal ini?
ya, karna gue ngga bener-bener menanggapi skripsi/tugas akhir ini sebagaimana semestinya. gue sadar bahwa gue masih banyak meluangkan waktu demi 'kepentingan' gue yang lainnya, dan gue beberapa kali ganti judul dalam pengerjaan ini, bahkan ganti pembahasan. judul gue di sidang judul - prasidang 1 - prasidang 2 - sidang kelayakan - sidang akhir, bisa dibilang beda semua. dan yang massive adalah 2 minggu sebelum sidang kelayakan gue harus ganti pembahasan, dari seorang director menjadi seorang scriptwriter, di mana berarti bab 2 dan bab 4 gue bongkar semua, dan bodohnya, gue masih sibuk kepanitiaan kampus waktu itu, yang hal yang harus gue koordinasikan disitu banyak banget, jadi gue baru bisa ngerjain skripsi gue minus seminggu dari sidang kelayakan. bodoh.
tapi, lihat sisi cerahnya, skripsi tidak seberat yang kalian bayangkan, yang harus dipikirkan sebenernya cuma bagaimana kalian membagi waktu, bagaimana sebuah procrastinate itu sangat membunuhmu. skripsi sejatinya hanya sebuah 'tugas' dengan beban mental yang lebih berat dari tugas itu sendiri. seakan semua orang sudah dibebani dengan kata-kata "skripsi" itu sendiri.
beberapa dari kami setuju bahwa skripsi merupakan beban mental saja. pengerjaan 'tidak akan' se efektif itu selama pengerjaan skripsi itu. kalo kata temen gue Ayu, skripsi itu "kayak dikejar-kejar tapi ketangkepnya besok". "kayak panik, tapi masih bisa males-malesan". entah perumpamaan apa lagi yang bisa menggambarkan sebuah 'beban mental' yang ditimbulkan skripsi pada mahasiswa-mahasiswa tingkat akhir ini.
=======
malamnya, seorang pria botak pergi ke suatu tempat dan mendapatkan sebuah berita super mengejutkan yang bikin orang ini super down. iya, pria botak ini gue.
gue potong rambut jadi pendek seakan-akan gue udah lulus. engga, gue justru pengen membuat gue malu kalo udah botak tapi belum lulus. ini semacam motivasi gue buat menyelesaikan revisian gue yang sekitar seminggu lagi ini harus dikumpulkan.
berat. sekali.
di saat lu harus menaikkan semangat lu untuk menyelesaikan 'semuanya' di semester ini, tapi ada juga yang 'maksa' untuk tiduran aja di kasur dan jatuh. rasanya otak sama hati gue sangat tidak sinkron saat ini. satusatunya motivasi gue adalah kepala botak gue ini. ohiya, motivasi lain adalah orangtua gue. gue ngga ngomong ke keluarga gue kalo gue 'belum lolos' di sidang ini. gue harus lolos, atau gue harus bilang ke mereka.
======
tapi, hey lihat, sekarang Arya sudah berhasil menjilid hardcover skripsinya dan lulus skripsinya!
"sabar aja, Ya.. semua orang ngelewatin ini kok.." kata Gisela, temen seperjuangan gue menyelesaikan skripsi ini.
No comments:
Post a Comment