Mari melempar balik.
25 Januari 2019
Gue di rumah yang akan berangkat kantor pagi itu deg-degan banget karna penjualan tiket John Mayer dimulai dari jam 08:00. Iya, gue daftar pre-salenya. Sistem pre-sale ini adalah, kita submit email ke promotornya bahwa kita ikutan pre-sale, maka email yang didaftarkan, sekaligus email Bukalapak ini akan bisa mengakses pembelian tiket sebelum khalayak (lebih) ramai bisa mengakses pembelian tiket konser John Mayer ini.
Salahnya adalah gue daftarin email yang ngga sama dengan email bukalapak. Jadilah itu gue harus memproses penggantian email dulu yang akhirnya makan waktu sekitar 10 menit sendiri.
"Anjir, no hope banget inimah..", kata Satria, temen SMA gue, via chat pagi itu.
"Email gue beda anjir sama yang di Bukalapak..", lanjutnya.
Gue yang berhasil ngeproses tiket itu duluan akhirnya nelpon Satria pagi itu, karena gue udah bisa masuk halaman pembelian tiket. Saat itu tiket premium festivalnya masih tersedia.. Ngga dibilang beberapa, pokoknya masih bisa di klik tanda plusnya.
"Sat, gue udah bisa proses nih. Lu mau titip ngga? Berapa tiket?", tanya gue.
"Seriuss?! 2 dong, gue sama temen gue.."
"Oke.."
Gue langsung matiin telponnya. Gue telpon Ester.
"Ter, gue beli tiketnya ya..", langsung transfer aja..
"Okee, ini gue transfer..", kata Ester.
Gue langsung matiin lagi dan lanjut proses. Udah masuk ke submit nomor KTP dan lain-lain, klik lanjut,
Server down.
Refresh.
'Pesanan anda tidak dapat diproses'.
Back.
Proceed lagi.
Tiket abis.
"Anjlok!", kata gue dalem hati.
Gue langsung chat mereka berdua lagi ngabarin bahwa gue baru saja memberi harapan palsu.
"Gapapa, Dhik (gue).. Tunggu jam 10 aja, siapa tau tambah kuota..", kata Satria, dikira KRSan tambah kuota..?
Eh bener. Nambah. Gue langsung proses lagi, sekarang udah di kantor. Next.
'Pesanan anda tidak dapat diproses'.
Gue cek di calo-calo online, lewat setengah jam dari jam 10 aja harga tiket yang premium festival (harusnya 1.7juta), udah nyaris sepuluh bahkan belasan juta.
Baiklah. Sepertinya gue harus nunggu sampe deket-deket konser. Rumornya si di kebanyakan konser, menjelang konser tiba biasanya calo pada banting harga.
"Lu gadapet juga, Ka?", gue reply igstory Okka, salah satu anak komunitas musik gue di kampus.
"Kagak, Pak..", jawabnya.
skip besoknya>>
26 Januari 2019
"Ya, di sini aja.. Temennya temen gue. Gue cek namanya belum ada laporan penipuan. Nomor rekeningnya juga masih aman..", kata Okka sambil ngasih id instagram calon calo gue ini.
"Wih.. Sedap. Berapaan, Ka?"
"1.9 gue.."
"Sip.. gue kontak. Thankyou banget, Ka!", jawab gue kepada mas gondrong ini.
Intinya tepat setelah itu gue minta persetujuan 3 temen gue ini (Ester, Satria, dan temennya) untuk beli tiket di calo ini. Biar kalo ketipu, ketipu bareng si kalo pemikiran gue HAHA.
Puji Tuhan mereka semua setuju gue beli di calo yang ngga banyak cari keuntungan ini. Mereka semua transfer ke gue, lalu gue teruskan amanat ini ke calo. Angel, namanya. Ya, gue mendapatkan tiket. HORE!
30 Maret 2019
2 bulan lewat 4 hari kemudian, muncul berita bahagia dari instagram promotornya. Bahwa tiket sudah bisa ditukarkan ke gelangnya tanggal 1-3 April 2019. Gue langsung ngechat Angel lagi, yang udah agak jarang gue chat.
"Kak, kan penukaran ke wristband bisa tanggal 1-3 April.., Aku bisa ambil sebelum hari H konser ngga ya? Biar ngga cari-carian di venuenya.."
"Bisa, kak.. H-1 ya..", jawab Angel ramah.
"Okee, kak.. Thankyou!", balas ramah gue.
Rabu, 3 April 2019
"Kak, besok bisa ketemu dimana ya? Aku domisili di serpong juga sih..", tanya gue memastikan.
"Sorry, hari H aja ya, kak. Di venuenya..", jawab Angel yang agak mengecewakan.
Gue langsung ngabarin ke Ester dan Satria bahwa jadinya hari H aja di venuenya. Mereka menerima dengan lapang dada. Teman-temanku baiq <3
Jumat, 5 April 2019
D-DAY!!
HARI INI KONSER JOHN MAYER GUYS!
Hari ini gue ga masuk kantor (work from home), karena semalem kehujanan. Dan karena bagaimanapun gue harus izin pulang lebih cepet, karena open gate konsernya jam 6 sore, sedangkan jadwal harian gue pulang kantor baru jam 6, dari Jakarta.
"Dhik, gue abis jumatan berangkat ke AEON, yak..", kata Satria.
"Ar, gue baru otw ya..", kata Ester hampir bersamaan sama Satria.
"Okee, gue masih di kampus sih..", jawab gue ke Ester.
Iya, pagi itu, gue yang wfh, memutuskan untuk ga di home, melainkan di kampus. Saking kangennya sama situasi kampus yang berisi mahasiswa. Ternyata masih ada lumayan banyak wajah-wajah yang gue kenal di kampus. Senangnya, gue belum se-sirna itu dari kampus.
Seru-seru ngilu sih ngeliat di kampus ternyata ada rombongan yang pake kaos John Mayer. Orang-orang ini pada jadi volunteer buat konser ini. AH SENANGNYA MEREKA. Kayaknya sih senang, gatau kalo berat ya..
"Ter, udah deket belum? Kalo udah, gue langsung order Go-Car nih..", tanya gue ke Ester yang dalam perjalanan ke rumah gue yang kebetulan di daerah BSD, ga terlalu jauh dari ICE BSD, tempat konsernya.
"Udah di BSD nih, Ar..", jawabnya.
Kita ke AEON buat mengisi perut yang kosong sejak pagi itu. Satria dan Michael (temennya yang daritadi belum di mention namanya) juga lagi pada ngidam ramen AEON.
Sambil pesen Go-Car, gue ngehubungin Angel, si calo.
"Kak, nanti akan dateng ke venue jam berapa ya? Di hall berapanya?"
Setengah jam dia belum bales.
Agak deg-degan ya.
Gue menyimpan deg-degan gue sendiri saat itu. Ester dateng, kita langsung naik Go-Car ke AEON.
"Ka, lu udah ambil wristbandnya?", tanya gue ke Okka, temen gue yang rekomendasiin calo ini.
"Lah? Lu ngga di chat begini?", jawab Okka ga sampe semenit. Dia emang fast-response abis.
'Okka is typing..', secepet-cepetnya Okka, selang waktu dia bales ini tuh rasanya lama banget.
Okka kirimin screenshotan chat dia sama Angel. Isinya kira-kira begini:
"halo kak. tiketnya kemungkinan gadapet nih. aku udah tungguin drtd kabar dr pemasok, tp blm dikabarin juga sampai saat ini. saya minta maaf bgt, karna ini keputusan final dr sana nya. drpd ttp dpt tiket tapi terlalu menekan keadaan yg gabisa dijangkau karena kuota nya terlalu full. venue juga full. jadi saya refund aja tiketnya. gimana kak?"
Gue reflek ketawa di mobil sambil kasih liat chatnya ke Ester yang duduk di sebelah gue.
"HAH? hahahaha", ketawa Ester lemes.
"Ini kalo ngga jadi nonton lucu sih..", lanjutnya.
"HAHAHA! Dapet-dapet, Ter..", jawab gue sok yakin sambil mau nangis.
Gue langsung flashback ke semua percakapan gue sama 3 temen gue ini. Bahwa kita udah sama-sama memimpikan konser ini banget. Gue udah dipercaya buat beli tiket konser ini. Dan ada chat ini. Gue langsung forward ke Satria. Dia juga berusaha menguatkan dirinya dan Michael.
"Iyaa, kan lagi trend tuh refund tiket..", lanjut Okka di chat kita.
Ancur.
-----
Gue dan Ester tiba di AEON. Gue agak kesulitan turun dari mobilnya. Kaki gue lemes banget rasanya setelah dapet berita tadi.
Gue, Ester, Satria dan Michael sama-sama makan di AEON, cuman Satria sama Michael makan di tempat lain aja. Siang itu gue langsung kirimin screenshotan chat Okka sama Angel tadi, tentang tiketnya. Gue berusaha untuk ngasih tau secepat mungkin, biar siap-siap kecewa dulu aja.
"Gue udah di hall 10 yak..", kata Okka.
"Okee. Gue sebentar lagi berangkat..", jawab gue.
Gue berempat memutuskan untuk bertemu.., sekaligus mempertemukan Ester dengan Satria dan Michael dulu, biar rada asyik aja bercandanya, kan mau nongton kongser bareeng yakan.
"Eh, udah jam 4 nih.. Cabut yuk..", potong gue di pembicaraan kita, dengan hati yang masih sangat tidak tenang, karena dilema, takut mengecewakan temen-temen gue ini.
Kita naik Go-Car ke ICE BSD.
"Mau di hall berapa, mas?", tanya bapak driver.
"Mmmm..", kita bingung.
"Tadi saya nganterin sih ada yang di hall 10 dan hall 7.."
"Paling banyak di hall berapa, pak?"
"Yang di hall 10 ada 3. Yang hall 7 ada 1", jawab bapak driver.
"Oke, hall 10 jadi 4 ya, pak..", lanjut gue.
Kita menepi, mobil berhenti, kita turun.
"Gais, jangan lupa pasang muka senyum ya..", gue bilang.
Pokoknya kita harus datang seperti orang yang udah punya tiket. Gatau biar apa. Padahal dicolek mas-mas calo langsung noleh sambil ngiler.
"Kita cari Okka yak..", gue bilang ke Ester, karena cuma Ester di sini yang kenal Okka selain gue.
"Sip.."
Di perjalanan gue mencari Okka, gue ngeliat beberapa temen kampus gue lagi duduk di hall 10 juga. Kita saling menyapa. Dia keliatan senyum senang. dem. Tenang banget ya, kalo orang udah dapet tiket.
"Nah, itu Okka.. Baju item..", potong Ester dalam lamunan gue.
Kita nyamperin Okka dan 3 temen-temennya.
"Enak ya di sini. Bilang baju item, nyarinya masih gampang..", sapa Okka.
"Biasa gue di konser metal, jangan harap bisa bilang pake baju item..", lanjut dia.
"HAHAHA, iya! Itu kayak lu driver ojol yang bilang 'saya yang pake jaket ijo ya, mas..'", lanjut gue. Ngga ada yang ketawa. Semoga ini karena semuanya emang lagi panik aja, bukan karena gue sereceh itu.
"Anjir ini gue dapet berita kaya gini sampe mual, lu..", Okka bilang.
"Lahh, kata lu sampe mencret tadi, di chat??", bales gue sambil ketawa.
Okka ngeluarin isi tasnya. Bener. Obat mual dan mencret. "Yeee, ngga percayaan", lanjut dia. Kita ketawa. Kita bisa ketawa.
Berarti tadi emang gue yang receh.
-----
Kita berdelapan duduk di pinggiran ICE sambil berharap ada yang mau kasih tiketnya ke kita. Atau ada orang jatohin tiketnya, atau keajaiban lain.
Ya, emang ga ada nyatanya.
"Eh, gue nyamperin temen gue yang tadi dulu ya..", ucap gue sambil berdiri.
Gue nyamperin temen-temen kampus gue yang gue sapa tadi, di tempat tadi.
"Udah nukerin tiket lu?", tanya gue sambil tos ke satu-satu.
"BELUUM ANJIR! Calo gue cabut gitu aja..", jawab Jorghi, temen kampus gue ini. Gue agak menarik diri. Ternyata ga cuma kita yang mendapat ketidak pastian.
"Lahh?? Iyaa?? Terus ga direfund?"
"Direfund, cuma sekarang ini juga ngga ada kabar apa-apa dari calonya..", jawab Ica, temen gue yang lain.
"Lu udah dapet, Ya?", tanya Christina, temen gue yang lain-lain.
"Beluum jugaaa.. Ada berita bakal direfund juga sebenernya karna katanya tiketnya ga turun.."
"IYAAKAAN! Anjir ancur banget dah ini..", jawab mereka bersamaan, bak sudah diberi naskah.
Mulai awkward.
"Yaudah, gue balik ke temen-temen gue yaa..", lanjut gue.
"Okee, Arya! Kalo udah dapet tiketnya kabarin yaa..", jawab Ica.
Gue balik ke rombongan gue tadi, takut ditinggal masuk. Balik-balik ternyata rombongan ini udah pada pake payung. Emang males banget sore-sore gini menghadap ke barat. Untung belum sampe bikin tenda.
Kita sedikit menghabiskan waktu buat ngobrol-ngobrol lagi, meratapi nasib kita, ngomongin mau buat apa duitnya kalo direfund, dsb.
"Gais! Ke hall 7 sekarang! Ada kabar..!", kata Kenneth, salah satu temennya Okka.
"Bantu gue cari cewe pake jaket abu-abu pake masker..", lanjutnya.
Kita serempak bangun dengan super semangat, dan mengikuti langkah kaki Kenneth sebagai kepala geng ini. Gue masih ngebayangin orang pake masker tidur. Kayaknya gue miskom.
Ketemu, let's say namanya Melly. Melly ini ngobrol sama Okka dan Kenneth berbisik-bisik. Gue pengen kepo tapi takut dikatain kepo. Jadi gue diem aja sambil baca bibir mereka. Gue malah ketawa.
Jadi Melly ini adalah temennya Angel, yang kayaknya dilemparin tugas percaloan ini sama Angel untuk cari jalur dalem. Melly ngenalin ke temennya, Rini, yang saat itu juga ada disitu. Rini ini adalah salah satu 'orang jalur belakang' dalam konser ini.
Keputusan sudah dibuat, akhirnya kita dibagi menjadi dua kelompok. 4 orang - 4 orang. Rombongan pertama adalah gue, Ester, Michelle dan Jessica. Kita digiring sama Rini untuk masuk. Kita mengikuti nurut aja kayak anak bebek, Rini menggiring kita masuk ke tangga basement. Loh loh loh..? Oke, seru. Ikutin. Di basement ini ternyata juga udah ada lumayan banyak orang yang nunggu. Jadi di sini dibagi beberapa pos gitu. Kayak ikutan jurit malam, tapi di satu sisi kayak penyeludupan narkoba atau transaksi ilegal, di satu sisi juga kayak di film 'US'.
Tidak bisa tidak, kita merasa asing dengan situasi ini. Ada beberapa orang disini yang kayak instrukturnya gitu. Orang-orang yang (MAAF) agak basah keringat, berkulit agak gelap, dan terlihat (tapi tidak tercium) bau. Mereka kayak saling oper-operan 'kita' gitu. Setiap pos berjarak 100-200 meter, isinya maksimal 5 orang.
Jadi emang sangat bisa dibedakan yang akan menonton John Mayer dan yang akan mengantarkan kita untuk menonton John Mayer. Baju-bajunya udah bagus-bagus dan indah-indah sekali di tubuh mereka. Dan bahkan di basement ini gue ngeliat beberapa.. entertainer? Musisi. Emang salah-salah-nggasalah sih kita lewat jalur belakang ini. Di satu sisi, kita udah bayar untuk beli tiket, sebagaimana para calo-pun seakan menyanggupi dapet tiket segitu, ternyata di akhir, tiketnya ga turun. Calo gue cuma baik aja karena cariin jalan lain buat kita. LANJUT>>
Kita dikasih gelang sama Rini, temennya Melly, temennya Angel.
"Nih.. Cepet! Pake! Pake!", kata Rini sambil menyodorkan gelang ke kita, kayak ibu-ibu galak yang nyuapin anaknya yang gamau makan.
Kita nurut dong?
Pake lah itu gelang yang diserut buat ngencenginnya.
*sreet*, gue pake.
'Kok.. tulisannya.. Jhon Mayer..?', pikir gue.
"Kok.. tulisannya.. Jhon Mayer..?", ucap gue sesuai pikiran gue.
-----
Gue dan Ester tiba di AEON. Gue agak kesulitan turun dari mobilnya. Kaki gue lemes banget rasanya setelah dapet berita tadi.
Gue, Ester, Satria dan Michael sama-sama makan di AEON, cuman Satria sama Michael makan di tempat lain aja. Siang itu gue langsung kirimin screenshotan chat Okka sama Angel tadi, tentang tiketnya. Gue berusaha untuk ngasih tau secepat mungkin, biar siap-siap kecewa dulu aja.
"Gue udah di hall 10 yak..", kata Okka.
"Okee. Gue sebentar lagi berangkat..", jawab gue.
Gue berempat memutuskan untuk bertemu.., sekaligus mempertemukan Ester dengan Satria dan Michael dulu, biar rada asyik aja bercandanya, kan mau nongton kongser bareeng yakan.
"Eh, udah jam 4 nih.. Cabut yuk..", potong gue di pembicaraan kita, dengan hati yang masih sangat tidak tenang, karena dilema, takut mengecewakan temen-temen gue ini.
Kita naik Go-Car ke ICE BSD.
"Mau di hall berapa, mas?", tanya bapak driver.
"Mmmm..", kita bingung.
"Tadi saya nganterin sih ada yang di hall 10 dan hall 7.."
"Paling banyak di hall berapa, pak?"
"Yang di hall 10 ada 3. Yang hall 7 ada 1", jawab bapak driver.
"Oke, hall 10 jadi 4 ya, pak..", lanjut gue.
Kita menepi, mobil berhenti, kita turun.
"Gais, jangan lupa pasang muka senyum ya..", gue bilang.
Pokoknya kita harus datang seperti orang yang udah punya tiket. Gatau biar apa. Padahal dicolek mas-mas calo langsung noleh sambil ngiler.
"Kita cari Okka yak..", gue bilang ke Ester, karena cuma Ester di sini yang kenal Okka selain gue.
"Sip.."
Di perjalanan gue mencari Okka, gue ngeliat beberapa temen kampus gue lagi duduk di hall 10 juga. Kita saling menyapa. Dia keliatan senyum senang. dem. Tenang banget ya, kalo orang udah dapet tiket.
"Nah, itu Okka.. Baju item..", potong Ester dalam lamunan gue.
Kita nyamperin Okka dan 3 temen-temennya.
"Enak ya di sini. Bilang baju item, nyarinya masih gampang..", sapa Okka.
"Biasa gue di konser metal, jangan harap bisa bilang pake baju item..", lanjut dia.
"HAHAHA, iya! Itu kayak lu driver ojol yang bilang 'saya yang pake jaket ijo ya, mas..'", lanjut gue. Ngga ada yang ketawa. Semoga ini karena semuanya emang lagi panik aja, bukan karena gue sereceh itu.
"Anjir ini gue dapet berita kaya gini sampe mual, lu..", Okka bilang.
"Lahh, kata lu sampe mencret tadi, di chat??", bales gue sambil ketawa.
Okka ngeluarin isi tasnya. Bener. Obat mual dan mencret. "Yeee, ngga percayaan", lanjut dia. Kita ketawa. Kita bisa ketawa.
Berarti tadi emang gue yang receh.
-----
Kita berdelapan duduk di pinggiran ICE sambil berharap ada yang mau kasih tiketnya ke kita. Atau ada orang jatohin tiketnya, atau keajaiban lain.
Ya, emang ga ada nyatanya.
"Eh, gue nyamperin temen gue yang tadi dulu ya..", ucap gue sambil berdiri.
Gue nyamperin temen-temen kampus gue yang gue sapa tadi, di tempat tadi.
"Udah nukerin tiket lu?", tanya gue sambil tos ke satu-satu.
"BELUUM ANJIR! Calo gue cabut gitu aja..", jawab Jorghi, temen kampus gue ini. Gue agak menarik diri. Ternyata ga cuma kita yang mendapat ketidak pastian.
"Lahh?? Iyaa?? Terus ga direfund?"
"Direfund, cuma sekarang ini juga ngga ada kabar apa-apa dari calonya..", jawab Ica, temen gue yang lain.
"Lu udah dapet, Ya?", tanya Christina, temen gue yang lain-lain.
"Beluum jugaaa.. Ada berita bakal direfund juga sebenernya karna katanya tiketnya ga turun.."
"IYAAKAAN! Anjir ancur banget dah ini..", jawab mereka bersamaan, bak sudah diberi naskah.
Mulai awkward.
"Yaudah, gue balik ke temen-temen gue yaa..", lanjut gue.
"Okee, Arya! Kalo udah dapet tiketnya kabarin yaa..", jawab Ica.
Gue balik ke rombongan gue tadi, takut ditinggal masuk. Balik-balik ternyata rombongan ini udah pada pake payung. Emang males banget sore-sore gini menghadap ke barat. Untung belum sampe bikin tenda.
Kita sedikit menghabiskan waktu buat ngobrol-ngobrol lagi, meratapi nasib kita, ngomongin mau buat apa duitnya kalo direfund, dsb.
"Gais! Ke hall 7 sekarang! Ada kabar..!", kata Kenneth, salah satu temennya Okka.
"Bantu gue cari cewe pake jaket abu-abu pake masker..", lanjutnya.
Kita serempak bangun dengan super semangat, dan mengikuti langkah kaki Kenneth sebagai kepala geng ini. Gue masih ngebayangin orang pake masker tidur. Kayaknya gue miskom.
Ketemu, let's say namanya Melly. Melly ini ngobrol sama Okka dan Kenneth berbisik-bisik. Gue pengen kepo tapi takut dikatain kepo. Jadi gue diem aja sambil baca bibir mereka. Gue malah ketawa.
Jadi Melly ini adalah temennya Angel, yang kayaknya dilemparin tugas percaloan ini sama Angel untuk cari jalur dalem. Melly ngenalin ke temennya, Rini, yang saat itu juga ada disitu. Rini ini adalah salah satu 'orang jalur belakang' dalam konser ini.
Keputusan sudah dibuat, akhirnya kita dibagi menjadi dua kelompok. 4 orang - 4 orang. Rombongan pertama adalah gue, Ester, Michelle dan Jessica. Kita digiring sama Rini untuk masuk. Kita mengikuti nurut aja kayak anak bebek, Rini menggiring kita masuk ke tangga basement. Loh loh loh..? Oke, seru. Ikutin. Di basement ini ternyata juga udah ada lumayan banyak orang yang nunggu. Jadi di sini dibagi beberapa pos gitu. Kayak ikutan jurit malam, tapi di satu sisi kayak penyeludupan narkoba atau transaksi ilegal, di satu sisi juga kayak di film 'US'.
Tidak bisa tidak, kita merasa asing dengan situasi ini. Ada beberapa orang disini yang kayak instrukturnya gitu. Orang-orang yang (MAAF) agak basah keringat, berkulit agak gelap, dan terlihat (tapi tidak tercium) bau. Mereka kayak saling oper-operan 'kita' gitu. Setiap pos berjarak 100-200 meter, isinya maksimal 5 orang.
Jadi emang sangat bisa dibedakan yang akan menonton John Mayer dan yang akan mengantarkan kita untuk menonton John Mayer. Baju-bajunya udah bagus-bagus dan indah-indah sekali di tubuh mereka. Dan bahkan di basement ini gue ngeliat beberapa.. entertainer? Musisi. Emang salah-salah-nggasalah sih kita lewat jalur belakang ini. Di satu sisi, kita udah bayar untuk beli tiket, sebagaimana para calo-pun seakan menyanggupi dapet tiket segitu, ternyata di akhir, tiketnya ga turun. Calo gue cuma baik aja karena cariin jalan lain buat kita. LANJUT>>
Kita dikasih gelang sama Rini, temennya Melly, temennya Angel.
"Nih.. Cepet! Pake! Pake!", kata Rini sambil menyodorkan gelang ke kita, kayak ibu-ibu galak yang nyuapin anaknya yang gamau makan.
Kita nurut dong?
Pake lah itu gelang yang diserut buat ngencenginnya.
*sreet*, gue pake.
'Kok.. tulisannya.. Jhon Mayer..?', pikir gue.
"Kok.. tulisannya.. Jhon Mayer..?", ucap gue sesuai pikiran gue.
"Eeh?! Iya! Kok gini?", dukung Michelle.
"Kok gini sih? Ini gelangnya palsu ya, mba?", tanya Jessica ke Rini.
Ga nyangka pertanyaan gue diseriusin.
"Yang penting kalian bisa masuk, kaan?", jawab Rini jujur.
Iya, gue tau sih, ngga mungkin kalo gelang asli typo gini.
Kita diem, kayak terjebak di dalam goa yang diluarnya penuh binatang buas. Duduk mengelilingi api unggun.
Seorang pria paruh baya nyamperin kita. Dia ngomel ke Rini, kenapa pelanggannya diambil. Jessica tersulut. "Kok gini sih, pak? Emang saya bilang saya mau beli sama bapak?", kata Jessica. "Ya tapi tadi mba-nya udah nanya ke saya..", jawab bapaknya. Ternyata di sini bertanya berarti membeli. Kayaknya. Entahlah.
Rini berusaha buat manggil temennya yang ada di basement juga itu, untuk 'menyingkirkan' bapak-bapak yang mukanya rada kayak mabok ini. Gue masih berusaha tersenyum sepanjang proses ini. "Wiih seru ya..", seru gue untuk memperbaiki suasana. Ga jarang temennya Rini yang bantuin kita barusan berdebat nyaris berantem sama calo lain. Gila ya duit. Menariknya lagi, gue ngeliat transaksi uang 24 juta di basement ini, ditaro di dalem amplop coklat, ditaro di dalem tas antara 'calo' (orang dalem) satu ke 'calo' lainnya.
"Udah, kalian abis ini dibawa sama mas yang ini aja ya..", kata Rini sambil nunjuk mas-mas tadi.
"Kok dioper-oper gini sih?? Saya ngga mau lah di oper-oper gini..", jawab Jessica.
"Iya, ini gimana sih? Kita ngga tau apa-apa kenapa gini, kenapa kita harus lewat bawah..?", dukung Michelle.
"Ini yang ngaco promotornya ga sih, Ter?", bisik gue ke Ester sambil ngeliatin orang-orang di basement ini.
Ga lama setelah itu, kita berempat dipanggil untuk menjalankan misi berikutnya. Kelompok kita disatuin sama kelompok sebelah, berempat juga. Kita dioper lagi, dan digiring untuk naik tangga darurat menuju lantai 2.
"Pokoknya kalo ditanya, bilang dari toilet lantai 2, karena di lantai 1-nya penuh..", kata salah satu pria misterius yang ngegiring kita ini. Kita mengangguk sambil membawa pisau lipat kita naik tangga darurat. Asli ini seru banget, iya, ini ilegal, tapi seru.
"Ini serius bisa masuk mas? Kalo kita ketangkep gimanaa?", tanya salah satu kelompok lain.
"Udaah, kita udah masukin 200an orang kedalem, dan masih banyak lagi.. Kalian udah pake gelang kan? Udaaah, ngga akan keliatan beda gelangnya. Pokoknya kalian masuk sebelum jam 8..", jawab pria ini.
Kita keluar dari tangga darurat di lantai 2, dan turun pake lift ke lantai 1, lanjut ikutan baris di antrian masuk tempat konsernya. Sepanjang antrian yang makan 30 menit lebih itu kita berempat ngobrol-ngobrol tentang kengerian ada di tempat ini. Kadang juga meluangkan waktu buat ngeliat gelang orang yang tulisannya 'John Mayer'. Ya, emang gelang kita aja yang palsu.
Antrian maju dan maju terus, dan kita mendapati bahwa yang harus dilakukan untuk masuk ke stagenya cuma mengangkat tangan dan memperlihatkan bahwa ada gelang ungu tercantol di tangan kita, tanpa memperhatikan tulisannya typo apa engga., dan tanpa memperhatikan kita bawa tiketnya atau engga. Iya, orang-orang bajakan ini ga punya tiket untuk di scan di depan, makanya masuk lewat gorong-gorong, kayak di film 'US'.
=====
Kita berhasil masuk, kita menikmati konser John Mayer dengan lumayan enjoy, walaupun TENTU SAJA ada perasaan bersalah karena kita adalah manusia-manusia bajakan.
Tapi apa daya, kesalahan komunikasi antara pemasok dan calo.., maksud kita juga mengeluarkan uang untuk konser ini, untuk penyelenggara, untuk John Mayer, tapi ya gimana, uangnya malah mensejahterakan masyarakat sekitar, yang jadi orang 'jalur belakang' ini.
Semoga semua mahluk hidup berbahagia.
No comments:
Post a Comment