sebenernya ini cerita dari hari jum'at kemarin (8 September 2017). hal menarik yang membuat gue menceritakan hari ini adalah karena.. gue sekelas sama MABA lagi!
ya, jadi gue harus mengambil mata kuliah pancasila, mata kuliah untuk mahasiswa semester 1.. sedangkan gue semester..
9.
ya, gue sekelas sama orang-orang yang 4 tahun di bawah gue. engga gue ngga bego, ngga males :( gue buka ngga lulus atau failed mata kuliah ini. gue belum ngambil karena.. korban sistem. anak pindah jurusan yang harus pindah kurikulum. semacam itu. >>
siang ini, gue harus kelas jam 1 siang setelah ibadah jum'at gue. jadi, gue dateng ke kampus jam setengah 12, dan ngga ibadah (ha ha).
"Ev, dimana? gue udah di kampus ya.." ucap gue ke Evelyn,
"masih di rumah nih.. lu udah di kampus? bawa LED nya?"
ya.. gue mau ngembaliin lampu LED dia yang gue pake 3 hari kemarin buat shooting keperluan event di kampus gue. gue jalan tergopoh-gopoh membawa sebuah lampu LED, sebuah light stand, tas, serta tas kuliah gue dan jaket yang gue sangkutkan di bahu gue yang sangat bidang.
akhirnya gue ke Bengsol (Bengawan Solo Coffee), tempat ngopi andalan gue karena.. dekat dengan kampus dan cukup terjangkau, dan bisa dinikmati dan udah kenal sama baristanya.
"mbak.., 80106 nya satu ya..", ucap gue ke mba-mba bengsol yang udah hafal gue karena sering secara freak pesen minuman dari pintu masuk kedai tersebut dengan kode nomor minuman.
mbak itu pun membuatkan gue se
gue membuka dan menyalakan laptop gue. memasang earphone berwarna merah maroon ke lubang 3.5mm jack di laptop gue, dan membuka aplikasi spotify (wifi udah otomatis konek lah yaa). pokoknya gue menghabiskan waktu di kedai ini untuk.. chatingan, ngeliatin orang-orang lewat, dan sedikit berpikir.., karena menurut René Descartes, "aku berpikir, maka aku ada". tapi ini gausah dibahas.
kembali ke topik, setelah gue dari bengsol, gue terlihat semakin rempong, karena gue membawa semua barang tadi.., ditambah segelas kopi yang belum habis. pukul 12:55, gue masuk ke kelas B303. sebuah kelas yang sudah sangat ramai. semua mahasiswa sudah memasuki ruangan tersebut. maba. gue masuk dengan tergopoh-gopoh. mereka semua memperhatikan gue tergopoh-gopoh seperti orang freak. ya, mereka belum pernah ngeliat gue, karena minggu lalu adalah tanggal merah. yang mereka tau, gue bukan salah satu anggota kelas mereka.
yang sebenarnya.
tidak kalah cepat, 20 menit kemudian sang dosen, bapak Surajiyo memasuki ruangan dengan wajah bijaksananya. gue mau maju salim tapi takut diketawain >> dosen ini menyalakan komputer kelas tersebut sambil menulis di papan tulisnya namanya. beliau meyakinkan diri bahwa ia masuk ke kelas yang benar.. B303, kelas pancasila-J. "iyee bener pak.." ujar gue dalem hati.
gue menjadi orang yang sangat pendiam di kelas ini. mungkin wajah gue sangat nyolot. karena gue hanya duduk bersandar di bangku kuliah, dengan segelas kopi bengsol di hadapan gue, dan tidak mengacuhkan apapun yang ada di sekitar gue.
===
"pak, maaf saya izin keluar sebentar ya, mau ngomong ke kelas sebelah.. berisik banget, saya ngga bisa konsentrasi" kata perempuan berambut pirang korea yang duduk di baris ketiga (dari empat baris) ini. para maba memberikan apresiasi sungguh besar kepada sebut saja bunga ini.
si cewe ini kembali ke kelas, dan.. masih, ditepuk tangani oleh teman-temannya. dia duduk sambil sedikit tersenyum-senyum malu. jelas, maba, yakan.. ditepuk tanganin satu kelas dan dipandang dosen.
lah gue? anak tua? semester 9? bhak. dilirik dosen juga enggak. dilirik satu kelas, iya.. aaseli sepanjang kelas ini kayaknya gue disangka salah kelas..
===
*clep*
eh? komputer kampus ke-sleep. layar proyektor menjadi biru dengan tulisan "no signal", yang gue ngga tau artinya apa. dosen terlihat kebingungan. dia menggeser mousenya, terus muncul background ala windows 10 lagi di login window.
dia pencet spasi, muncul kolom password yang harus di isi. terus mukanya berubah panik. pucet. sedih. depresi dalam wajah tenangnya.
karena gue agak kasian, akhirnya gue memberanikan diri buat teriak dari bangku row ke 4 gue.
"itu biasanya di meja ada instruksinya sih pak cara ngisi password segala macemnya.."
anak-anak menengok ke alien yang ngomong ini -- gue.
"gimana?" tanya dosennya sambil cari alien mana tadi yang ngomong.
gue lekas maju ke depan dan mencoba menterjemahkan kata-kata gue sendiri yang asal bunyi tadi. gue nyari-nyari instruksi yang rasa-rasanya pernah gue liat sebelumnya.
sama kayak dia, wajah gue berubah pucet. ngga ada apa-apa. gue langsung berbisik "coba dosen, pak.." sebagai password super standard komputer dosen.
ngga bisa. terus gue coba mengetikkan sesuatu yang gue rasa juga dulu berhasil untuk diterapkan.. jaman komputer kampus masih windows 7.
ngga bisa juga.
karna ngga mau tanggung malu, gue tetap sok bertanggung jawab sebagai anak yang sudah cukup lama mengotori lantai kampus gue.
"sebentar ya, pak.. saya tanyakan ke IT dulu.." ucap gue sambil lepas kacamata gue, ganti pake kacamata item.
dosen itu tersenyum ke arah gue. gue salting, jadi langsung buang muka. iya, tatapan bapak ini sungguh dewasa dan kebapakan. dengan wajah gabisa nahan senyum kayak cewek korea barusan, gue keluar dari kelas tersebut, dan menuju ke telpon yang ada di setiap lantai kampus ini.
anggap saja 1801 adalah nomor untuk IT kampus gue. gue menekan 4 tombol itu berurutan, karna kalo beda urutannya pasti akan ke destinasi yang berbeda pula.
"selamat siang.." suara seorang lelaki bak penyiar radio baritone itu menyapa gue dengan ramah.
"siang mas.. saya.. (gue bingung mau mulai dari mana) lagi kelas.. di lantai 3 (siapa tau dia mau nyamperin), mau tanya, tadi komputer dosen ke-sleep sendiri, terus barusan mau masukin password, tapi ngga tau passwordnya apa.. penyelesaiannya gimana ya, mas?"
mas tersebut menjawab tanpa berpikir "ooh kalo gitu langsung di restart aja mas.. nanti langsung ke login.."
gue agak kecewa dengan jawabannya karna harusnya gue bisa tampak lebih tampan di depan kelas tersebut setelah mengetikkan password suci tersebut. ternyata gue cuma memojokkan pointer ke pojok kanan screen, dimana ada logo power, dan mengklik tombol restart.
gapapa. gue punya keberanian. sedikit.
anak-anak itu ngga ngasih gue tepuk tangan. gue kecewa. kecewa banget. buat apa 74 langkah gue tadi gue buang-buang? untuk.. kesunyian?
===
pokoknya kelas itu selesai, beberapa momen dan kata-kata dari Bapak Surajiyo kemudian, seorang pria besar gelap berkacamata nyamperin gue dan bertanya "kak, itu lighting buat foto ya?"
"enggaa.. haha ini buat video.. kemaren gue abis shooting.."
terus anak lain nyamperin gue.
"semester berapa, bro?" ih sok asik banget lu pake bro.. dia membuka tangannya didepan gue, gue asumsikan itu mengajak tos. gue terima ajakan tersebut.
"semester 7 nih bro.. haha" gue menjawab agak berbohong.
dia sontak menjawab satu kata yang membuat gue.. sangat.. sangat merasa asing.. "waduh".
APA MAKSUD LU NGOMONG WADUH, WOI?
hati gue tersentuh. terketuk. sangat dalam.
ngga seharusnya gue masih duduk-duduk di bangku oranye itu. harusnya gue sudah bekerja, membiayai kehidupan sendiri, berpikir lebih matang kedepan. memikirkan kehidupan kedepannya. apapun itu.
dia lanjut ngobrol sama gue mengenai kehidupan tua ini. kehidupan skripsi dan magang ini. gue menjawab sambil senyum-senyum kosong. sampe keluar kelas, sampe gue berjalan sendiri, tatapan gue kosong. gue melamun. gue berjalan layaknya zombie saat tidak ada manusia di depannya.
sisi baiknya adalah, gue "berkenalan" dengan beberapa anak disini. gue ngobrol, mereka cukup notice gue sebagai manusia lah ya..
===
tapi sekarang udah seminggu kemudian.. saat gue meneruskan blog ini, dan.. kalo dipikir-pikir.. gue pengen cari kerja.
No comments:
Post a Comment