Tuesday, June 20, 2017

SHOOT DAY 1 BEKTEN

HA! ini udah lewat sehari sih itungannya.

sekitar 15 jam yang lalu, gue dan teman-teman gue tiba di stasiun pasar senen buat syuting kecil-kecilan. kecil-kecilan? he eh, kita itungannya baru ngambil2 footage-footage yang berkenaan dengan lebaran dan menjelang lebaran.


gue kenalin dulu deh kru untuk hari ini. ada Momo (bukan hantu), prosedur eh produser kita, wanita yang sering pake kaos item, kalo engga pake jaket bolong2 warna putih, dengan rambut hitam agak ada coklat-coklatnya karna sering main layangan; ada Jordy, production designer kita, pria yang sangat ceria dan selalu peduli dengan sekitar (?); ada Ega, sinematografer kita, pokoknya lu bakal notice orang ini dari kejauhan karna alisnya yang kayak pake wakdoyok; ada Dandy, sound designer kita, pria yang rambutnya baru saja memasuki dunia hitam lagi, anak yang tidak jelas agama dan tahun kelahirannya; ada Joti, Editor kita, anak yang selalu mengaku jadi anak stuntman dimana-mana, dan selalu bangga atas hal itu (wajar sih); di luar tim inti barusan, ada Budi (fifin), asisten sutradara gue, iya ini Budi yang sama kayak di syuting AGNOMA kemarin, perempuan yang logat sundanya super kental, seorang astrada yang tingkat bully-able nya tinggi; ada Yola, art director kita, anak mapala yang tidak mapala lagi, anak yang selalu ingin mengambil (mata kuliah) lebih dari seharusnya, anak yang belakangan selalu rapat dengan Jordy; dan yang jelas ada, adalah cast kita, Dian. cewe yang.. di sok kenalin sama Jordy juga, asal ngechat karna dulu dia pernah sekelas sama anak ilkom di kelas bahasa Indonesia. iya, Dian anak ilkom. kayaknya dia anak yang ambil parttime dengan wajah paling bahagia yang gue kenal selama ini.

yux mulai..
========

pagi, jam 6:00 gue mematikan alarm gue. 15 menit kemudian, gue mematikan alarm kedua gue yang sengaja gue stel, karna mematikan alarm sudah menjadi bagian dari tidur saya.

untungnya 10 menit kemudian gue kebangun. abis sahur tadi, gue langsung mandi karna emang mikir ga bakal niat mandi kalo misalnya harus mandi dari pas bangun jam 6an. ya, gue yang semalem tidur jam setengah 3 dan kemudian sahur dilanjut ngeprint beberapa dokumen 'penting' nya Budi, kembali tertidur jam.. 4 pagi itu.

*ngeeng*

gue sampe di kampus jam 7:03. oke gue telat, karena kita janjian jam 7 pagi. tapi lainnya lebih telat karna paling engga dateng jam 7:20. pagi itu, di kampus, gue ngeliat banyak sekali anak-anak aktif yang sedang latihan kepanitiaan OMB (orientasi mahasiswa baru) di UMN. gue yang sedang mengenakan celana pendek langsung caw karna merasa ngilu nan silir pake celana pendek di tempat yang ngga seharusnya pake celana pendek.

"lainnya manaa?", Dandy nanya gue. dia anak.. eh orang kedua yang dateng. orang cimone ini memang suka lebih tepat waktu dibanding yang lebih dekat. dia dateng udah bawa segala macem alat-alat yang dibutuhkannya.., dan dibutuhkan Joti (laptop buat langsung load footage di lokasi).
    "gatau jir, pada masih bobo kali.." gue yang berangkat pagi dan rela dingin-dinginan naik motor dengan celana pendek pagi itu menjawab.

tiba-tiba datanglah bapak production designer kita, Jordy, out of nowhere. like, tiba-tiba cling muncul dan menyapa selamat pagi. dilanjut hadirnya Yola, lalu Momo si prosedur, dan yang terakhir, yang paling dekat, Joti. itu udah sekitar jam.. 7:40, maybe? dan cast kita masih belum kunjung datang. Momo emang ngabarin cast akan datang jam 8 pagi itu di lobby kampus. gue yang dari awal dateng langsung nge-setup glide cam dengan camera cupu gue (buat dokumentasi), iseng-iseng ngerekam footage keceriaan, keresahan, dan kepanikan mereka (khususnya bu prosedur yang menghubungi castnya).

"gais, ada yang tau nomor kamarnya (nama panjang Dian) nggaa?" Jordy yang ikut gelisah, turun tangan, nge-chat di grup kelasnya waktu itu. tidak ada yang kunjung menjawab, Jordy pun sok kenal dengan sahabatnya Dian (kata Jordy sih gitu), dia langsung l*ne-call. tidak di jawab.

Momo masih sibuk mencoba menelpon, sampai akhirnya mencari casting sheet yang di isi Dian, khusus untuk melihat nomor handphonenya. *jgrek* (ceritanya suara angkat telpon)

"haloo? maaf kak momo, aku baru bangun tadi.. ini udah di lobby apart aku.."

di lanjut kebahagiaan "GAIS, DIAN UDAH JAWAB!!" dari bu prosedur yang dilanjut sorak sorai dari kita, yang akhirnya kita bergotong royong menuju mobil-mobil yang sudah ditentukan, untuk menjemput Dian, rather than Dian yang harus ke kampus. ohiya, by the way, Ega dan Budi masing-masing jalan langsung dari Jakarta langsung menuju ke pasar senen.

"haaaii Dian, selamat pagi.." sapa Jordy seperti biasa.

kita memulai perjalanan jam.. 8:30an pagi itu.

    "Mo, kalo ngantuk bilang ya.." gue bilang basa-basi gue ke Momo.
"iya mo, di sini ada banyak yang bisa nyupir kok.." lanjut Jordy.
    "engga sih Jor.. gue cuma bilang gitu maksudnya nanti gue ajak ngobrol kalo ngantuk.." lanjut gue yang entah kenapa langsung dibilang ngga peka.

---

"pagi, Pak.." kita yang abis melakukan percakapan "kalo ditanya mau ngapain jawab apa", menyapa satpam penjaga pintu masuk stasiun pasar senen.
"pagi.. boleh minta cek bagasinya?" (ngga tau kenapa dia bilang minta cek). dia lanjut buka pintu tengah, ngeliat ke arah bagasi, karna kursi belakang dilipet buat barang-barang juga.
"reporter juga.." lapor dia ke kerabat satpamnya yang berada di 78,3' azimuth-nya dia.

mereka mulai panik. gue engga, gue bego soalnya.

"dari mana?" lanjut bapaknya..
"mmm.. kita.." Momo berusaha memenuhi pertanyaan si bapak tampan itu, tak lama satpamnya menjawab sendiri..:
"dari taadii.. yak, silakan masuk, mbak.." sapa ramah satpam tersebut.

kita sebal. Dian bersabda "tau ngga sih pak? bercandanya bapak tuh paniknya kita.." (Hasri, 2017).

pagi siang itu sudah menunjukkan pukul 10:30. tepat sama waktu perkiraan kemacetannya yang dibuat Jordy. iya Jordy yang bikin schedule.

=========

"aaaanjeeeerrr...!! BAGUS BANGEET!! RAME BANGET!!" gue kesenengan, karna dunia lebaran yang ingin kita capai, terlihat jelas di sini. "JOOOR GUE SENENG BANGET JOR!!" gue maki-maki  Jordy. Jordy balik maki-maki gue.

"kalian dimana?" tanya Budi di grup LBP (Lampu Bohlam Project), nama produksi kita kali ini.
    "udah di stasiun nih Bud.." gue jawab, yang lanjut gue telpon Budi, karna yang lewat chat doang itu cupu (?).

kita ketemu Budi, semua berkumpul, kita cari tempat duduk ber-AC. kita ke Dunkin, ngga di serpong, ngga di Jakarta, mainan gue ke Dunkin. bedanya sekarang gue puasa aja.. gue, Jordy, Dian puasa hari itu. di hari super terik itu. hari yang sangat kering itu. hari dimana.. dimana-mana keringat itu.

kita nungguin bapak sinematografer kita, Ega yang pagi itu belum datang. dia mengaku sedang berada di belakang mobil yang antenanya super panjang, yang "frekuensinya sampe ke bulan", katanya. yang gue ngga tau posisi mobilnya dimana, karna gue gabisa lacak mobil yang antenanya panjang.

"eh bentar deh, gue ke toilet dulu.." ujar Budi yang sebenernya lagi asik tebak-tebakan jayus-jayusan donat-donatan sama Jordy itu.
    "ikut.. gue mojalan-jalan.." kata gue yang beneran pengen jalan-jalan.

tiba-tiba pandangan gue kedistract sama alis orang. iya, alis Ega. alisnya nanya "pada dimana?" terus karna alis gue ngga cukup sakti buat jawab, gue jawab secara verbal "itu di dalem Dunkin, Ga..". "gue mau ke toilet dulu..", lanjut gue.

Ega masuk ke Dunkin, gue sama Budi ke.. toilet. yang beda. diingetin, Budi itu cewe.., yang gue panggil dengan nama cowonya.

---

    "Ga, orientasi dulu yuk.." gue berusaha pake kata-kata yang berat biar dipercaya.
"ayo boleh.." Ega yang sedang mengganti lensanya menjawab.

fyi, dia bawa 2 kamera. kamera satunya buat yang dipake.., dan kamera satunya sebagai...... tutup lensa buat lensa keduanya. dia ngga ada tutup lensanya. Budi yang gemes ngeliat kamera mirrorless kedua yang nganggur itu akhirnya membudayakan kamera itu dengan kartu memori yang gue bawa.

gue berdiskusi dengan bapak sinematografer itu. berpanas-panasan. pokoknya inti dari diskusi itu adalah kenapa gue pake topi, dan dia yang kepikiran pake topi ngga pake topi karna takut kepalanya gerah.

ga deng, kita bicara shot-shot yang akan diambil dan darimana. meskipun percakapan tersebut di atas benar adanya.

"yaudah yuk.. mau take?" tanya Ega dengan tampannya.
    "kuy.." untung gue ngga ke distract.

akhirnya kita ambil beberapa shot siang itu. jam 12, di stasiun pasar senen. to be exact 3 shot (sekian take) yang ada Dian nya, dan sekian shot buat stock-stock cutaway.

    "Dian maaf coba take lagi ya, ini extrasnya agak susah diatur.." jokes yang kerap gue keluarkan di lokasi, biar ngerasa keren aja gitu, seakan semua orang mudik itu adalah extras (pemain latar) gue.

---

    "Mo, kita harus beli tiket krl deh.. kita perlu masuk ke dalem stasiunnya buat dapet vibe-vibe stasiun keretanya..", gue bilang ke Momo yang dilanjut dengan persetujuan.

Momo membeli 7 tiket dari 9 orang, karna dia dan Jordy akan berkeliling mencari angkot buat kebutuhan shooting berikutnya.

kita take, take dan take shot-shot yang mungkin bisa diambil, dan akhirnya memutuskan untuk naik kereta ke Gang Sentiong siang itu. iya, gue ngga tau kalo ke GS itu harus pake ke Kemayoran dulu terus ikut kereta balik. mikirnya, pokoknya beda 1 stasiun dari stasiun pasar senen.

    "ehh... keretanya dateng! yuk masuk yang ini.." kita yang udah nunggu di peron 6, peron paling ujung di stasiun pasar senen itu akhirnya menuju ke pintu kereta.

*pssss* suara pintu bakalan di tutup. gue buru-buru naik karna tadi nunggu lama bets, yakali mau nunggu kereta berikutnya.

"ARYAA! ARYAA!!" kata mereka dari belakang gue.. ternyata pintu keretanya nutup.. right after gue masuk ke dalam kereta.

ya, sutradara ini dikhianati oleh kru-krunya. gue nangis di bahu bapak-bapak yang ada di kereta itu. dia cuma bisa ngelus kepala gue.

ga ga. boongan.

tapi ditinggal (atau ninggalin) temennya ini beneran. gue naik kereta itu, yang akhirnya baru tau kalo gue salah arah. harusnya ke arah barat, gue malah ke arah timur. gue panik. gue turun di Kemayoran, menunggu arah balik kereta ke senen, yang langsung bakal lanjut ke Gang Sentiong.

gue ngechat Budi, bilang bahwa mereka salah lajur. sok tampan mengatakan bahwa harusnya kalo mau ke GS ngga di lajur 6. Budi tanya satpam, ternyata emang kalo ke GS harus lewat Kemayoran dulu.

deym hard. gue kontekan sama Budi terus-terusan, memastikan mereka naik atau tidak naik kereta. gue akhirnya desperate, gue cari di google "keluar di stasiun yang sama terkena penalti.." yang di jawab google "Rp. 2000".

    "Bud.. ngga usah naik kereta deh.. gue yang talangin aja nanti penaltinya ternyata 'cuma' 2000."
"ookeee,, jadi kita nggausah naik aja ya.. ditunggu.." jawab Budi yang bikin gue kangen sama mereka.

akhirnya gue sampe di Senen lagi setelah sekian lama (beneran lama). mereka udah ngambil beberapa shot. tanpa. gue. si sutradara. nggapapa sih, ada astrada (asisten sutradara).

kita meninggalkan daerah peron itu, kembali masuk ke stasiunnya dan merekam beberapa footage lainnya. pas melewati pintu keluar, gue tanya ke satpam "pak, kalo kita keluar di stasiun yang sama gimana?" (maksudnya mau tanya kena denda berapa). dia jawab "ooh iya ngga papa, dek.."

gue ngga puas dengan jawaban itu karna gue tau itu nggapapa, CUMA DENDANYA BERAPA :(

akhirnya gue menukarkan kembali (refund) 7 tiket yang tadi sudah dibeli, dan bener. ngga papa. the "ngga papa" is real. ngga kena penalti. btw, ini buat tiket harian ya.. kalo buat tiket yang multitrip, kena penalti dengan biaya minimal perjalanan (Rp. 3000).

kita kembali, kita ngerekam lagi footage-footage di stasiun. kondisi semakin darurat. banyak orang-orang terkapar. menunggu keretanya.

nggapapa sih, emang kondisi-kondisi ini yang bagus malah. kita. take. lagi. dan lagi. gue dan Dian masih kuat berpuasa. gue ngga bilang ada yang gugur, tapi gue dan Dian masih meneruskan puasa.

jam 3 siang itu, kita menyelesaikan shot terakhir kita dengan sedikit keraguan continuity. dan memutuskan untuk kembali pulang, karna sore itu Ega dan Momo harus ketemu dengan salah satu dosen, dengan keperluan yang berbeda. rencananya kita mau coba edit dulu footage ini, kalo ngga 'work', kita akan take lagi di hari lain, momen yang sama. momen menjelang lebaran.

========

iya, kita pulang, kita bermacet-macet dari jam 3 sampe jam 6. Jakarta yekaaan.. yakali kagak macet.

kenangan kecil dari pandangan sutradara sebelum syuting dan 
2 footage hasil rekam astrada.

No comments:

Post a Comment