Thursday, December 22, 2016

AGNOMA !!

YEAH!! baru semalem pulang dari shooting TERSERU!! baru pertama kali gue shooting di tempat yang harus nginep. fyi, KITA SHOOTING DI PUNCAK.

jadi, tanggal 19 kemaren, gue super jarang bales chat, karna disibukkan dengan shooting dan recce. pre production kita yang cukup lama kemarin (sekitar 1 bulan, walaupun cuma film pendek), hanya mengandung 1 recce (fyi, recce itu orientasi shooting, biar pas shooting ga ribet-ribet lagi).

gue perkenalkan di tim inti produksi ini, ada Evelyn, producer yang super tenang penampakannya dan selalu punya banyak teman dan link untuk membantu project ini. ada Raymond, DOP (Director of Photography) kita yang selera gambar, warna dan pencahayaannya menurut gue asik abis. ada Sharon, MUA (Make Up Artist) kita, sekaligus penyedia wardrobe nya, yang selalu senang dan selalu mengucapkan gue selamat ulang tahun. ada Edo, pria buncit yang super bisa bikin berisik suatu tempat dengan bebunyian yg dia keluarkan yg cukup annoying.

di luar tim produksi itu, ada juga beberapa anak-anak yang gue bingung, kenapa rela banget bantuin. ada Budi(Fifin) sebagai Assistant Director, perempuan sunda yang galak, nyolot dan jayus dalam segala hal, termasuk nyusun jadwal selama 10 jam untuk kegiatan kita di hari H. ada Aryo Assistant Camera, pria yang besar di gading serpong tapi medoknya kaya orang tegal-purwokerto, ternyata bapak ibunya klaten (?). ada Amanda yang bukan brownies, dia cewe yang seleranya cukup bagus. yang gue recruit karna gambar di kelas yang gue AsDos(asisten dosen)-in bagus, dan production designer kita kosong. ada Nanda dan Andi, dua sejoli yang tidak bisa dipisahkan selama produksi. dua orang ini super membantu mengurangi lelah di produksi kita. dari yang bisa bantu masak, bantu nyetirin, bantu ngedokumentasiin, dsb..

AYO KITA MULAI..

HARI 1, 19 DESEMBER 2016
"ya, besok berangkat bareng yuk ke GS(gading serpong) nya.."
    "hah, kenapa mon?" tanya gue.
"gapapa, biar irit uang parkir aja.." kata remon yang ngga rela uangnya abis buat parkir 3 hari 2 malem itu, di malam ketika gue dan Budi sedang menyusun jadwal dari jam 1 siang.

..

yang akhirnya gue dijemput Raymond yang pastinya jadi sangat merepotkan karna gue bawa tas 2, bawa tripod dan guitalele..
..dan kita naik motor.

sesampainya di GS, kita baru bertiga. di sana udah ada Aryo yang mondar mandir di depan Lawson sambil ngerokok.

"udah baanguuun.. wkwkwk thankyou udh di missed call" kata Budi yang malemnya minta di missed-call in karna takut gabangun..

jam 5 pagi itu kita semua udah pada kumpul di depan Lawson, seperti yang diminta ibu produser kita, Evelyn, kecuali Evelyn itu sendiri dan kedua temannya yang bareng dia, Nanda dan Andi.

"sorry ya gais, gue agak telat, soalnya ini lagi ambil alat sewaan di daerah BSD.." kata Evelyn.

kita shopping-shopping kecil di Lawson, gue yang pagi itu super gaenak badan dan akan sakit, memutuskan buat beli air putih dan percaya bahwa air putih bisa menyembuhkan semuanya. dan akhirnya beneran sembuh 30 menit kemudian.

"AR, LU NGGA MANDI YA?!" tanya Budi. sebenernya sebelum ini Aryo juga udah ngebahas ini, karna mereka berdua ngeliat gue kemarin pake baju yang sama ini.
    "wkwk yoi.." dengan tampannya gue menjawab.

"yuk gais, berangkat.." kata Evelyn yang akhirnya dateng pagi itu. kita semua memasukkan barang ke mobil yang sudah ditentukan.

    "Do, gue yang bawa apa lu yg bawa nih?" kata gue ke Edo yang baru tidur 1 jam itu.
"yah, yaudah kalo lu maksa Ar.. lu mah sukanya gitu.." kata Edo seneng.

*ngeeeng*

kedua mobil yang totalnya membawa 10 orang itu berangkat. kita terjebak macet dan terpisah di macet yang akhirnya memutuskan untuk sampe masing-masing aja, karna kita juga tergoda beli tahu sumedang di rest area.

*ngeeng lagi*

obrolan yang cukup lancar sepanjang jalan. kita sampe selepas semua macet-macet biadab itu sekitar jam 11 siang. sampe di villa sana, para koki kita sudah pada masak. gue yang abis nyetir langsung selonjoran di sofa sana.

"ayo, Ya, mau coba recce yang mana dulu? jam berapa" tanya Budi dengan logat sundanya. dia masih rada canggung di sini buat nyuruh-nyuruh kita semua.
    "wkwkwk belum tau juga bud.. ini masih kepagian.. makan dulu aja laaah.." kata gue.

dia setuju, akhirnya kita semua makan dulu. yang akhirnya baru nge-recce scene 7, 4 dan 3. dari 7 scene.

*recce* pindah kamera, pindah lighting, pindah posisi.

malemnya, setelah semua makan, kita dipanggil ibu producer dan ibu astrada buat dibrief jadwal esok hari. bahwa besok kita harus bangun jam 7, sarapan, mandi segala macem, dan scene mana aja yang akan di take kapan. bahwa estimasi talent bakal sampe jam 9 pagi itu, dan abis itu gue selaku sutradara harus langsung rehearsal dialog dan blocking di lokasi.

"ARYA, MANDI!!!" teriak Budi yang kayanya udah mau pingsan. padahal bau ini begitu natural :/
    "iyee, Bud, iyee.." gue bales.

===========

HARI 2, 20 DESEMBER 2016
"SELAMAT PAAGII!!" teriak Budi pagi itu abis buka kamar yg isinya gue dan Edo. gatau kenapa gue langsung kebangun begitu dia buka pintu, dan langsung mencolot dari kasur, lanjut lari kebawah. iya, gue suka lari-lari di sini. kaya orang hiperaktif.

Budi yang bertugas bangunin hari ini, karna Evelyn selaku producer lagi jemput talent ke Pluit dan Cibubur buat jemput cast nya dari rumahnya.

"ayoo banguun, sarapannya udah kita siapin.."

WOW!! Manda dan Sharon sudah membuat roti panggang pagi hari itu, ketika kita masih tidur, mereka udah panggang cukup banyak. di sini gue super terharu produksi gue sangat kompak sekali banget!! dari pagi ini gue udah kaya ngerasa keluarga (?). lebay tapi beneran. walaupun anak-anak tarikannya itu adik-adik tingkat di kampus, ada yg udah lulus juga dan satunya prodi lain, yaaa intinya semuanya ngga begitu deket, tapi di sini kayak super kompak gitu!! sukak!

dilanjut pagi itu ada 2 gitar, gue dan Raymond mainin walaupun masing-masing main lagu yang beda. yang lainnya ada yg tidur-tiduran, ada yang ngecekin sinyal terus tapi ga dapet-dapet, dsb..

*jgrek*

"HAAI SELAMAT PAAGII..!" sapa ibu producer kita, Evelyn yang udah balik dari jemput cast, disusul dengan Nanda dan Andi, yang dibelakangnya ada Ria, cast kita, protagonis kita, anak Public Relation yang juga anak teater yg kita setujui untuk jadi cast kita setelah casting 3 hari sebelumnya. dan ada Hana, cast kita, pemeran antagonisnya, anak desain grafis yang di casting 5 hari sebelumnya.

gue sontak mengambil kamera seperti biasanya, dan merekam semuanya.
    "TALENT NYA SUDAH DAATAAANG!!" gue ngomong sama kamera. tapi ga dijawab.

"eeeh kalian makan roti panggaang?" Ria memulai percakapan kita.
    "loh hahaha iyaaa.." gue jawab. "kenapaa, Riaa?"
"enak baanget, tadi kita di jalan cuma makan s*ri roti.." kata Ria bercanda. lalu kita tertawa.

kita akhirnya makan dulu, para koki kita masak sosis sama tempe buat hari pertama itu. hari pertama shooting itu. setelah semua makan lahap, kita melanjutkan semua. gue nge brief cast nya, Raymond dan Aryo menyiapkan kamera dan pencahayaannya, Manda dan Sharon menyiapkan props yang ada di scene tersebut, lainnya memperhatikan. di sela sebelum jam 11 itu, gue mengajak Ria dan Hana ke Camping Ground daerah situ. ada sebuah tanah luas, yang mana jalan kesana harus akan melewati sungai-sungai dan pohon-pohon alam. di jalan ini, gue merasakan pusing seperti biasanya. iya, kadang kalo stress, mata gue suka tiba-tiba kunang-kunang, terus cluster (pusing yang ada di mata).

"10 menit lagi kita take yaa!!" jam 11 itu Budi teriak ke semuanya. kita berusaha buat nurut, sampe akhirnya gue ngeliat muka remon mules.

    "kenapa mon?"
"ini ya, video nya resolusinya kecil banget.." kata remon yang ternyata ngga mules, tapi kamera yg kita sewa ada beberapa kendala yang akhirnya makan waktu sekitar setengah jam sendiri.
    "loh terus gimana mon?"gue yang ngga begitu ngerti dan ngga berusaha ngerti kendala seperti itu, nanya aja..
"yaa ngga tau lah, ini juga lagi dicoba.."

Raymond emosi dan akhirnya memutuskan buat gajadi pake Sony A7 yang kita sewa itu. kita pake kamera producer kita, Canon 7D.

fyi, di shooting ini karna kita mau pake aspect ratio yang anamorphic, jadi kita tempelin kameranya dengan lakban tipis. dan dengan gantinya kamera ini, kita harus mindah lakban itu dari A7 ke 7D.

"EEH AYOOKK! KITA UDAH TELAT LAMA NIH!!" kata astrada (asisten sutradara/assistant director) nya, Budi.

kita tetep ngga ada yang panik..

    "yaudah pokoknya lu siapin ya, mon.. gue ngebrief castnya lagi dulu aja.." gue bilang ke Raymond dan departemen kameranya, Aryo.

SET CLEAR!! SLATE IN!! SOUND!! (SPEED!) CAMERA!! (ROLLING!)..
..

akhirnya bagian gue teriak,

ACTION!!

semua diam, kecuali castnya. mereka keliatan konsentrasi banget. scene yang pertama di take adalah scene ruang tamu. yesh, one take!! buat shot pertama take pertama lumayan bagus, tapi karna pengen tetep cari cadangan, akhirnya kita take lagi 3 kali, dan tidak menemukan yang lebih bagus. Ria dan Hana, cast kita, langsung tos, gue langsung ikutan tos. gatau, pengen ikutan aja (?).

"ayook, selanjutnya ini yaa.. shot ini, scene ini, shot type nya ini, action nya ini.." Budi mulai lihai nyuruh-nyuruh semua orang..~ semua orang mulai lihai disuruh-suruh Budi.. (?)

"gimana, Ya? good gaa?" tanya Budi, gue tanya bagian sound dan kamera, mereka bilang good. dari acting gue bilang good, yaudah. kita pindah scene.
    "ehiya, Bud. yang take nanti itu scene sore kan ya (?) masa mau di take sekarang jam 2an gini?"

Budi ikutan bingung, dia sama Ev ngobrol berdua, gue masih kekeuh bahwa itu scene sore harus tetap sore, gamau jadi siang. akhirnya muncul ide untuk nyicil scene besoknya, scene siang hari, di balkon villa itu. yah, cuaca sangat mendukung untuk shooting, ngga ada kabut, cerah.

kita tes semua alatnya yang akhirnya mendapat kesulitan di bagian sound. the wind is too sepoy-sepoy. sound banyak yang bocor, padahal udah pake clip on. setelah beberapa kali take shot sekian, dan ternyata tetap ada angin yang masuk ke sound, kita ganti aturan dari "kalo ada angin, cut.." jadi "kalo ada angin, emosi pemainnya naikin juga..". itu sok ide banget sih, tapi kebetulan scene itu juga cukup emosional dan membahas zat yang luar biasa.

setelah sore tiba, kita ngelanjutin scene 7 yang bagian luar rumah, dari yang turun tangga, sampe mereka bakar-bakaran. kita nge skip scene di balkon tadi.

abis scene ini, gue ngerasa salah banget sih.. gue ngomel kenceng banget sampe cast gue ada yang nangis. gue nyindir-nyindir sampe dia nangis.. padahal mau take scene berikutnya, scene malem di mobil.

mau take scene berikutnya. take scene berikutnya. scene berikutnya.

yah, scene berikutnya emang pengen dibikin peran utamanya lagi nangis. di mobil. jadi dia minta gue mancing dia buat nangis. walaupun yang bagian gue bikin nangis ngga begitu berhasil, dibanding Edo yang bikin dia nangis. Edo? iya Edo temen SMA dia, yang tau dimana titik kesedihan dia.

oke, dia sudah menangis, gue udah seneng.

"Ya, jangan seneng dulu, ini belum tentu bisa loh.." Raymond yang agak kecewa dengan performance kamera kali ini tiba-tiba nyeplos.
"ini kita ngga jadi pake A7 nya loh.. ISO nya gabisa tinggi-tinggi biar ga noise."
    "lah, emang ngga bisa banget, Mon?" tanya gue kecewa. "emang gabisa banget ada noise dikit ya?"
"yaah jangan gitu, nanti kalo jelek nama gue yang rusak.." kata remon.
    "yaudah lah mon.. kita take dulu aja.. sayang juga kalo ngga jadi, dia juga udah nangis, kita juga lagi di lokasinya.."

Raymond angkat tangan. dia memasrahkan namanya. *thankyou mon* :*

kita take di sepanjang jalan puncak, karena itu yang paling deket, dibanding di megamendungnya yang super gelap dan pasti lebih noise. take 3 kali, kita langsung balik, karena udah lumayan jauh dan arah baliknya macet.

karena super pengen ngunyah, kita beli jamur crispy dan tahu goreng di pinggir jalan. gue beli sebuah obat yang gue lupa namanya apa, tapi disaranin castnya buat diminum kalo lagi sakit gigi. iya, gusi gue bengkak hari ini.

yah, di shooting kali ini emang gue lagi sakit-sakitan.

sampe rumah, jam 9 itu, ternyata mereka sudah masakin kita. mereka udah pada makan di meja makan, tapi belum pada makan, katanya mereka nungguin kita. gue terharu. mereka bisa aja tahan berada di depan spaghetti yang berasap..

"nanti jangan tidur kemaleman yaa, besok kita bangun jam 3.." kata Budi lagi.

semua bilang oke, semua setuju, lalu semuanya main kartu sampe jam 12 an.

"ya, lu denger suara Manda sama Sharon ngga tadi di atas?" Edo kembali mengajak gue mendengarkan sesuatu di sana.
    "iya lah, Do.. wkwk kenapa?" gue tanya.
"masa tadi pas gue keatas ternyata mereka udah pada di dalem kamarnya.."

"coba ya, besok kita tanyain mereka tidur jam berapa.."

gue cuek, gue tidur. Edo kembali mengeluarkan suara ngoroknya.

==========

HARI 3, 21 DESEMBER 2016
"bangun yuuk banguun. udah jam 3:15 nih.." ya, kalian tau siapa yg bangunin ini.

kita semua turun dan bersiap take. ya, kita belum sarapan semua siap-siap. sampe sekitar jam 4, kita mendapati langitnya masih sangat gelap, yang membuat kita akhirnya mundur take nya. Ria yang sudah dibangunin kembali tidur.

    "Bud, jam segini belum terang sama sekali nih.. kita bakal ngeshoot vls(very long shot), tapi tempatnya gelap mau pake lampu kayagimanaa.." gue bilang ke Budi. Budi setuju. kita mundur sampe jam 5:15, saat langit sudah biru.

gue turun ke bawah, yang jarak tangga nya 2 menit kecepatan manusia (?). lalu naik lagi ke atas, dan meneriaki semuanya.

    "WEEHH!! AYO KITA TAKE!! LANGITNYA LAGI ENAK BANGET INI!!" departemen kamera bersiap, talent dibangunin, lainnya ada yang masak ada yang bobo.

yah, emang ngedirect binatang itu super susah. susah banget dapet shot yang bagus si orang ini disamperin anjing terus ngelus-ngelus. mau udah dikasih umpan dulu juga tetep susah ya..

    "AYO RETAKE LAGI CEPET MUMPUNG ANJINGNYA DISINI!!" gue teriakin lagi.

Budi kembali meneriakkan semua yang harus di teriakkan sebelum gue teriak ACTION.

"yaudahlah  udah ada 4 take.. pilih aja yang mana.. ada yg ngga pake anjing kok.." kata Raymond.

kita sudah selesai mengambil 2 shot di luar pagi itu. ohiya, gue cukup bangga di sini karna yang lainnya pada pake jaket, sedangkan gue engga. dan pake celana pendek (?) padahal orang bilang biasa yang tahan dingin itu yang gemuk. gue langsung berjanji sampe rumah akan liat timbangan.

.
.
terus sampe sekarang belum liat.
----
selepas take tadi, semua makan pancake yang sudah disiapkan, di masak oleh Manda. semua ambil, gue ngga dapet. mereka nawarin gue, gue bilang gue diet (?) padahal gusi lagi super sakit buat ngunyah.

"serius Ar. ngga mau makan?"
    "iyaa, udah selaaw.."

yang akhirnya gue dipaksa Ria, cast gue, buat makan pancake jatah dia 1. dari yang awalnya ngga mau, sampe dia naro di depan gue, dan gue reflek ambil garpu (?). sungguh memalukan.

"ini kita ada waktu jam 7-9 yaa buat yang mau mandi.." kata Budi lagi.
    "oke, Bud.. nanti abis ini scene mana?"
"abis ini kita take scene 4, interior, ruang makan, pagi."

gue langsung liat script gue, gue ngebrief sekali cast nya satu satu, lalu membiarkan mereka mandi.

"ARYA!! MANDI!!" suara itu kembali memengangkan telingaku.
    "ga ah, masih belum bau.." gue jawab Budi.

mereka siap-siap, gue pasang lagu dari laptop, ada yang gitaran, ada yang di balkon duduk-duduk, ngerokok, tiduran lagi, bikin minuman anget, sampe yang ngelamun duduk di kursi yang ngadep ke lukisan.

"10 menit lagi take ya.." lu tau ini siapa yang teriak.

gue rehearsal cast nya lagi di meja makan, ngasih tau blocking dan motivasi setiap dialognya dan gerakannya. mereka terima.

    "siap?" gue tanya Ria dan Hana.
"yak, siap.." mereka berdua jawab kompak.

SET CLEAR!! SLATE IN!! SOUND!! (SPEED!) CAMERA!! (ROLLING!)

gue kembali teriak

ACTION!!

suasana kembali syahdu, semua diam, kedua cast berkonsentrasi. master shot ini berjalan lancar. one take lagi. mereka berdua tos lagi, gue ikutan tos lagi.

12 shot di meja makan selesai, kita langsung setup lagi lokasi balkon yang udah dibalikin jadi tempat nongkrong kemarin.

semua kembali lancar, kecuali suara angin yang emang ngga bisa ngga bocor~ gue ngomong sama angin, minta tolong agak tenang, angin nya ngga jawab.
-------
jam 11:30 semua take udah selesai, kita mau nunggu sore buat take vls sama take beauty shot-beauty shot buat cutaway.

di tengah penantian kita ke sore hari, tempat ini hujan cukup deras, jadi kita semua cuma bisa tidur-tiduran, paling banter main kartu bareng-bareng. tapi gue ngga ikut karna gue ngga ngerti mainannya.  akhirnya gue duduk di balkon sendiri, ngelamun sendiri, sambil naro hp gue yang lagi ngerecord suara di deket mereka.

    "10 menit lagi hujan berhenti ya, Ev.." gue bilang ke Evelyn yang lagi duduk di dalem.
"lu udah bargain, Ar? okeokeee.." dia percaya aja kayanya.

gue lanjut ke depan dan nyumpahin awannya biar geser. setelah 10 menit, gue turun ke bawah, lalu naik lagi ke atas dan bilang semua harus udah steady karna kita akan take shot berikutnya.

"Arya, udah siap take belum?" ditanya Budi.
    "yok.." gue menjawab agak yakin.

"Ya, nanti kita retake scene 7 shot .. yak.."
    "ahiya? kenapa mon?" gue kaget.
"file nya yang kemaren itu ilang masa.."

gue meringis. kita retake, one take, kelar.

kita take, take lagi, take lagi shot demi shot. sampai di shot-shot terakhir, bagian beauty shot. kita akan take Ria lagi jalan-jalan di tangga taman. pokoke di sini Ria ganti baju terus deh demi mengejar efisiensi waktu.
--

.
.
"Ya, ini gimana kita take nya dah.. udah gelap banget. bakalan noise sih pasti.." kata Raymond pas kita udah sampe di taman nya. cuaca emang udah gelap banget.
    "udah, mon, coba atasin dulu aja.. pake LED ga bisa banget ya?" gue nanya Raymond.
"yaudah kita shoot kaki nya aja ya, biar ga dosa-dosa amat.." kata Raymond.
    "iya boleh tuh.."

kita semua udah siap di taman itu..

"ehiya, Ar, tapi kalo yang di kemaren itu kan dia pake sepatu ini ini.." kata Sharon sebagai Make up Artist dan Wardrobe yang saat itu berperan jadi Script Continuity.
    "OHIYA!! tadi sepatu yang itu taro mana, Man?" gue tanya ke Amanda.
"di mobil innova, Ar.. di bagasi paling pojok.. dalem tas item gue.."

gue langsung lari, ternyata kunci bagasi mobilnya belum dibuka, gue teriakin Edo si pemilik mobil itu. udah kebukak, gue langsung bongkar semua yang bisa gue bongkar. kemakan waktu 5 menit, akhirnya Evelyn nyamperin, kita bongkar berdua. ngga ketemu, Amanda akhirnya bantuin, dan hanya membutuhkan waktu 1 menit untuk dia menemukannya. UUUUW SO COOL!

kita take, sekali, take dua kali, kaki Ria terlihat cantik, kita pindah lokasi.

"shoot dimana lagi ya, Ya? buat beauty shot?" tanya Raymond
    "di jembatan situ aja, Mon.."
"OHIYAAK JEMBATAN YA.." Raymond heboh tapi ga seheboh itu.

kita semua pindah, Aryo bantuin Raymond nge set lighting segala macem, gue cuma ngasih tau ke Ria bahwa dia harus jalan dari sini ke sini, blablabla.

semua siap, kita take 4x, dan....

"IT'S A WRAP!!"
Budi meneriakkan hal paling sakral di dunia pershootingan, abis gue bilang "Bud... udah..".

semua senang, semua teriak, tapi ngga ada yang berpelukan. jadi ini scene kurang dramatis.

akhirnya setelah foto-foto yang juga sakral dan harus ada, kita briefing pembagian mobil, siapa naik mobil yang mana, kita kembali bercanda tawa setelah tadi panik dikejar-kejar gelap.

"nanti yang sama mobil Avanza, kita ke cibubur dulu ya.. yang sama Innova, nanti ke Pluit dulu, terus ke daerah Graha Raya balikin alat, baru bisa pulang.." kata Evelyn.

kita pun dempet-dempetan di mobil. semua bisa tidur di mobil kecuali para supir.

3 comments:

  1. nice story bro, sepertinya cerita di atas seru jika di filmkan :)

    ReplyDelete
  2. Keren!Kebayang lagi feel ikut shooting 3 hari yang fun dan exciting! Nice story!

    ReplyDelete